Kamis, 30 Mei 2013

Renungan Kristen–Peperangan Rohani

Keluaran 5:1-24
Judul: Peperangan rohani
Dalam dunia kuno, ketika dua bangsa bertempur maka yang terutama bertempur adalah allah-allah
sesembahan bangsa itu. Maka kita perlu melihat bahwa pertempuran yang terjadi dalam kitab
Keluaran adalah pertempuran antara Allah Israel dengan para allah Mesir.
Firaun merupakan salah satu allah Mesir dan karenanya tidak mengherankan bila Firaun
menyombongkan diri dengan tidak mau mengenal dan mengakui Yahweh. Ia berkata "Siapakah
TUHAN (terjemahan dari kata Yahweh) itu yang harus kudengarkan firman-Nya untuk membiarkan
orang Israel pergi? Tidak kenal aku TUHAN itu dan tidak juga aku akan membiarkan orang Israel
pergi" (2). Bahkan dengan murka Firaun kemudian memberi perintah agar pekerjaan orang Israel
diperberat. Orang Israel disuruh membuat batu bata dalam kuota yang sama, tetapi pekerjaan
mereka ditambah dengan harus mengumpulkan jerami sendiri (7-8). Orang Israel tentu saja tidak
dapat memenuhi tuntutan Firaun. Akibatnya, mandur-mandur Israel kemudian dipukul oleh
pengerah-pengerah Firaun (14).
Para mandur yang dipukul kemudian marah kepada Musa dan Harun setelah mengetahui bahwa
semua ini terjadi sebagai akibat pertemuan Musa dan Harun dengan Firaun. Musa kemudian juga
kesal kepada Tuhan dan mengeluh bahwa Tuhan tidak melepaskan umat-Nya dari penderitaan
tersebut. Namun sesungguhnya semua itu ada dalam rencana Tuhan, karena memang Tuhan akan
memaksa Firaun untuk membiarkan umat-Nya pergi dengan tangan yang kuat (24).
Dalam kehidupan iman kita pun selalu ada peperangan rohani. Namun Allah tidak akan
menyelamatkan kita dengan bernegosiasi dengan Iblis dan pengikutnya. Kita tidak perlu berkeluh
kesah atau bersungut-sungut karena Allah akan menyelamatkan kita dengan tangan-Nya yang kuat,
yaitu dengan mengalahkan Iblis dan pengikutnya. Dengan demikian kita harus melihat bahwa
kesulitan yang kita alami dalam hidup -terutama ketika kita mau taat kepada Tuhan- merupakan hal
yang wajar dan pasti terjadi karena memang akan ada peperangan rohani ketika kita mau taat
kepada Allah.

Rabu, 29 Mei 2013

Renungan Kristen - Dituntut untuk taat

Keluaran 4:18-31
Judul: Dituntut untuk taat
Tugas utama seorang hamba Tuhan adalah menaati perintah Tuhan. Tak heran jika di tengah kisah
persiapan Musa untuk pergi ke Mesir, perjumpaan Musa dan Harun, serta pertemuan mereka
dengan tua-tua di Mesir, kita diberikan suatu kisah yang menarik tentang murka Allah terhadap
Musa karena ketidaktaatannya (24-26).
Dalam ayat 24-26, sesungguhnya naskah aslinya tidak memakai kata Musa, kecuali dalam ayat 25.
Jadi ayat 24 menyatakan bahwa Tuhan bertemu dengan "dia" (tidak disebutkan "Musa" seperti
terjemahan dalam LAI) dan berikhtiar membunuhnya. Begitu pula, ayat 26 seharusnya adalah "Lalu
Tuhan membiarkan 'dia'" [bukan 'Musa']. Jadi kurang jelas sebenarnya apakah Tuhan bermaksud
membunuh Musa atau anak Musa yang belum disunat. Entahkah "dia" merujuk kepada Musa atau
anaknya, kisah itu jelas menunjukkan bahwa murka Allah reda setelah Zipora menyunat anak itu.
Kita tidak tahu mengapa Musa tidak menyunat anak itu. Ini seharusnya merupakan anak kedua Musa
(di ayat 20 dikatakan bahwa Musa membawa "anak-anaknya lelaki, " berarti lebih dari satu anak
lelaki), yang mungkin belum lama dilahirkan sehingga belum disunat. Allah memang sudah
memerintahkan Abraham untuk menyunat setiap anak laki-laki keturunan Abraham pada hari ke
delapan (Kej. 17:12) dan sunat merupakan "tanda perjanjian" antara Allah dengan Abraham dan
keturunannya. Karena Musa akan menjadi pemimpin umat Tuhan, maka dia harus menaati perintah
Tuhan. Maka Allah menunjukkan murka yang begitu hebat karena pelanggaran sunat itu.
Pemimpin umat memang dituntut untuk taat kepada Allah. Jika pemimpin tidak taat, bagaimana
mungkin dia mengarahkan umat untuk taat? Jika kita menjadi pemimpin rohani, dalam keluarga atau
dalam pelayanan, milikilah hati yang taat jika kita mau dipakai untuk melayani Tuhan dengan efektif.
Jika kita berada di bawah pimpinan, doakanlah orang yang memimpin kita -baik orang tua maupun
pendeta atau majelis di gereja- agar mereka terlebih dahulu taat kepada Allah.

Selasa, 28 Mei 2013

Renungan Kristen - Tidak boleh ditolak

Keluaran 4:1-17
Judul: Tidak boleh ditolak
Tampaknya banyak paradoks dalam kehidupan Kristen yaitu hal-hal yang terlihat bertentangan,
tetapi sesungguhnya tidak. Di satu pihak, kita harus sadar bahwa kita tidak layak dipakai Allah. Di
pihak lain, kita harus menerima panggilan Allah dalam kesadaran bahwa kita tak layak.
Karena pengalaman pahitnya di masa lampau, saat saudara-saudaranya menolak kepemimpinannya
(Kel. 2:14), Musa mati-matian menolak panggilan Tuhan untuk membawa umat-Nya keluar dari
Mesir. Allah kemudian memberikan dua tanda, yaitu tongkat yang mejadi ular dan tangan yang
menjadi putih oleh kusta. Tanda ini dapat dilakukan Musa saat orang Israel meragukan panggilan
Allah terhadap Musa. Bahkan Allah juga menjanjikan bahwa jika orang Israel masih tidak percaya,
maka dia dapat mengubah air dari sungai Nil menjadi darah untuk meyakinkan mereka. Namun
Musa tetap tidak mau percaya, dan malah berdalih bahwa ia tidak pandai bicara. Namun Tuhan
masih dengan sabar mengatakan bahwa Dialah yang membuat lidah, maka Dia pula yang akan
menyertai lidah Musa dan mengajari Musa tentang apa yang harus dia katakan. Namun Musa masih
tetap tidak mau. Ia malah meminta Tuhan untuk mencari orang lain. Tentu saja ini membuat Tuhan
murka dan berkata bahwa Ia telah mengutus Harun -kakak Musa- untuk menjadi juru bicara Musa.
Nah, apa lagi alasan yang dicari-cari Musa? Maka pada akhirnya, Musa tidak dapat menghindari lagi
panggilan Allah tersebut. Sayang sekali jika orang menerima pelayanan karena terpaksa atau
dipaksa.
Dari penolakan Musa, kita belajar memahami bahwa kita memang tidak layak dipakai Allah. Namun
jika kita yang tidak layak ini diperkenan Allah untuk melayani Dia maka kita seharusnya tidak
menolak panggilan itu. Kita justru harus melihat panggilan Allah tersebut sebagai suatu hak istimewa
dan anugerah yang perlu disyukuri. Jika Allah melayakkan dan memampukan kita untuk melayani
Dia, maka tidak ada alasan bagi kita untuk menolak. Maka marilah melayani Tuhan sesuai dengan
panggilan yang dipercayakan pada kita.

Senin, 27 Mei 2013

Renungan Kristen - Kesempatan melayani

Keluaran 3:11-22
Judul: Kesempatan melayani
Kesempatan untuk melayani Allah tidak selalu dianggap sebagai kesempatan emas. Banyak orang
yang berusaha untuk menolak kesempatan itu, dengan berbagai macam alasan.
Musa, pada masa empat puluh tahun sebelumnya, menyadari benar bahwa ia adalah seorang Ibrani
sekaligus pangeran Mesir, yang merupakan alat pilihan Allah untuk membebaskan Israel. Namun
setelah masa empat puluh tahun menggembalakan kambing domba di padang gurun di wilayah
Midian, Musa tidak lagi memiliki rasa percaya diri yang sama seperti sebelumnya. Karena itu, ketika
Allah mengutus Musa, dia justru mempertanyakan dirinya, "Siapakah aku....?" (11).
Bagaimana jawaban Allah? Kalau kita perhatikan, jawaban Tuhan seolah tidak 'nyambung' dengan
pertanyaan Musa karena Tuhan menjawab, "Bukankah Aku akan menyertai engkau?" (12). Dengan
jawaban ini, Tuhan bermaksud mengalihkan perhatian Musa dari dirinya sendiri kepada Tuhan.
Karena dalam hal ini identitas Tuhanlah yang jauh lebih penting (14). Dan memang, ketika kita tahu
bahwa Tuhan beserta kita maka kita dapat maju melaksanakan kehendak Tuhan, bukan dengan
keyakinan pada diri kita sendiri melainkan pada Tuhan yang kuat dan berkuasa.
Selain itu perkataan Tuhan, "Dan bilamana mereka mendengarkan perkataanmu ..." (18), bagai janji
yang menenangkan hati Musa. Karena pada masa empat puluh tahun sebelum itu, saat ia meyakini
panggilannya, orang Israel justru menolak dia. Lalu bagaimana mungkin mereka memercayai dia saat
ia tidak lagi memiliki apa-apa. Mengenai raja dan bangsa Mesir, Allah berjanji akan menangani
mereka (19-22). Lihatlah bagaimana Tuhan sudah mengatur segala sesuatunya. Musa hanya tinggal
menjalankannya saja. Namun bukan berarti segala sesuatu akan berlangsung tanpa masalah (19),
tetapi Tuhan tidak akan tinggal diam.
Kiranya ini membangkitkan semangat kita ketika ada kesempatan untuk melayani Tuhan. Ingatlah
bahwa Tuhan sendiri yang akan menolong kita sehingga kita dimampukan untuk menyatakan
kemuliaan-Nya.

Minggu, 26 Mei 2013

Allah memperhatikan penderitaan umat

Keluaran 2:23-3:10
Judul: Allah memperhatikan penderitaan umat
Ketika menderita, kadang kita menganggap bahwa Allah tidak peduli pada penderitaan kita. Tentu
salah jika kita berpikir demikian. Allah kita adalah Allah yang sangat peduli terhadap penderitaan
manusia, terutama penderitaan umat-Nya. Ini dapat kita lihat dalam nas hari ini.
Setelah ratusan tahun di Mesir, umat Israel -yang merasa menderita- berseru kepada Allah (23-24).
Allah pun mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub. Ia kemudian menjalankan
rencana-Nya untuk menyelamatkan mereka dari perbudakan Mesir. Dalam bahasa Ibrani kata
"mengingat" bukan berarti hanya secara pemikiran/kognitif, yaitu bahwa tadinya lupa dan sekarang
ingat, tetapi mencakup tindakan juga. Jadi ini berarti, telah tiba waktunya bagi Allah untuk bertindak
seturut dengan perjanjian-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub.
Allah kemudian memanggil Musa dan menyatakan bahwa "Aku telah memperhatikan dengan
sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang
disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka" (7). Allah
kita memang adalah Allah yang sangat peduli dengan kesengsaraan umat-Nya, terutama mereka
yang ditindas. Sebab itu Allah berkata bahwa jika kita menindas janda dan anak yatim lalu mereka
berseru kepada Allah, maka Allah akan mendengar seruan mereka dan akan menyatakan murka-Nya
kepada mereka yang menindas janda dan anak yatim tersebut (Kel. 22:22-24).
Kita harus mengerti bahwa Allah sangat peduli dengan penderitaan kita, karena itu jangan berhenti
berseru kepada Allah untuk memberikan pertolongan kepada kita. Jika pertolongan tidak datang
seturut yang kita inginkan, maka kita harus percaya bahwa itu bukan karena Allah tidak peduli, tetapi
pasti ada rencana Allah dibalik penderitaan tersebut. Sebaliknya, kita juga harus berhati-hati jangan
sampai kita menindas mereka yang lebih lemah karena ketika mereka berseru kepada Allah, maka
Allah pasti akan mendengar seruan mereka dan akan menunjukkan murka kepada kita, yang
menindas mareka yang lemah.

Sabtu, 25 Mei 2013

Renungan MTPJ GMIM 26 Mei - 1 Juni 2013

TEMA MINGGUAN:
"Pekerjaan Roh dalam pekerjaan misi"

TEMA BULANAN:
"Gereja yang misioner dan transformasi sosial"

Bahan Alkitab:
1 YOHANES 4:1-6; GALATIA 5:22-23



ALASAN PEMILIHAN TEMA
     Karya Roh dalam pekerjaan misi akhir-akhir ini kembali menjadi perhatian. Begitu banyak kesaksian tentang perkembangan pelayanan pekerjaan misi gereja di seluruh dunia adalah bentuk penampakan dari karya Roh Kudus yang penuh kuasa. Gereja semakin disadarkan bahwa kalau pekerjaan misi tanpa tuntunan dan penyertaan kuasa Roh Kudus maka gereja akan menjadi statis. Namun, kecenderungan akhir-akhir ini adalah tidak sedikit kalangan yangan memakai perkataan-perkataan: melayani dengan kuasa Roh Kudus, padahal dengan maksud yang palsu dan menyesatkan. Seharusnya setiap pekerjaan dengan Kuasa Roh Kudus menghasilkan buah-buah Roh, tetapi sebaliknya yang nampak adalah keinginan-keinginan daging (penyimpangan/penyesatan). Warga gereja dan hamba Tuhan perlu untuk menguji setiap penampakan roh, apakah itu berasal dari TUHAN atau bukan.



PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
     "Ujilah roh-roh itu", demikian nasihat penulis surat Yohanes. Jemaat penerima surat ini sedang menghadapi ujian dengan munculnya nabi-nabi palsu. Komunitas Kristen yang hidup di abad ke-2 ini menghadapi tantangan yang tidak ringan. Pengajaran palsu itu, di samping telah melemahkan keyakinan jemaat tentang kuasa roh yang berasal dari Allah, juga telah membuat komunitas yang kuat menjadi terpecah-pecah dan lemah. Pengajaran palsu itu meragukan eksistensi ke-Tuhan-an Yesus, yaitu bahwa Yesus bukan berasal dari Allah. Apaka Ia nabi palsu? Mereka menyerupai seorang nabi yang datang mengajar tentang perbuatan-perbuatan TUHAN yang telah, sedang, dan akan terjadi. Mereka berseru degnan memakai nama TUHAN. Mereka mengumpulkan banyak orang dan saling mendukung mengatasnamakan pekerjaan TUHAN. Akan tetapi sesungguhnya mereka bukan berasal dari TUHAN. Dalam ayat 1 perkataan "Nabi palsu" (Yuhani = "pseudoprophetes"), menunjuk pada orang yang memalsukan identitasnya sebagai nabi, dengan demikian apa yang diberitakannya adalah palsu.

     Apakah yang dibicarakan nabi palsu? Mereka tidak membicarakan hal-hal yang brekaitan dengan Kerajaan Sorga, atau pekerjaan-pekerjaan yang Tuhan kehendaki. Tetapi, sebagaimana dikatakan dalam ayat 5, mereka berbicara tentang "Hal-hal duniawi" yaitu hal-hal yang berhubungan dengan yang tidak dikehendaki Tuhan.

     Penulis mengingatkan kepada jemaat untuk mewaspadai nabi palsu, karena mereka bukan saja berada di satu tempat, atau jemaat saja, namun mereka "pergi ke suluruh dunia". Baik, di semua daerah yang menjadi alamat dari surat ini, di seluruh daerah Asia Kecil dan pesisir Laut Tengah, yaitu tempat dimana kekristenan sedang bertumbuh dengan cepat, tetapi juga berada di seluruh dunia. Nabi palsu berada di mana-mana.

     Bagaimana cara menguji pekerjaan roh, apakah itu berasal dari nabi palsu atau berasal dari Allah? Apabila roh itu mengaku Yesus Kristus dari Allah, maka Ia adalah dari roh Allah, apabila ia tidak mengaku Kristus berasal dari Allah maka itu adalah palsu.

     Mereka yang palsu itu adalah "antikristus", yaitu: penyesat. Sebagaimana disampaikan penulis dalam 1 Yohanes 2:17-18, bahwa antikristus berada di antara jemaat, tetapi bukan sungguh-sungguh jemaat. Begitu pula dalam 1 Yohanes 2:22, bahwa antikristus itu adalah pendusta, dia menyangkal Bapa dan menyangkal Anak. Mereka seperti menang, tapi padahal mereka adalah orang-orang yang kalah. Yohanes berkata "... tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia" (ayat 4b). Tentang Nabi palsu atau antikristus ini, jemaat sudah lama mendengar dan mengetahuinya, bukan saja dalam komunitas Perjanjian baru, tetapi juga dalam Perjanjian Lama mereka telah banyak menyesatkan umat.

     Mereka yang berasal dari Roh Allah, maka ia mengenal Allah. Ungkapan "mengenal" (Yunani = "ginosko") berarti: mengenal, memahami, menyadari, mengetahui dengan pasti, menerima sepenuh hati, tidak ragu-ragu. Mereka yang berasal dari Allah akan selalu hidup dalam kemenangan, sebab Roh yang ada di dalam mereka lebih besar dari nabi-nabi palsu.

    Nasihat yang disampaikan Yohanes kepada penerima surat ini berkaitan erat dengan nasehat yang disampaikan Rasul Paulus kepada jemaat di Galatia tentang hidup dalam Roh dan di bawah hukum Taurat. Jemaat Kristen Galatia yang terdiri dari 2 kelompok besar yakni: yang berlatar belakang Yahudi dan yang berlatar belakang Yunani. Yudaisme mengajarkan bahwa semua keinginan daging dapat dilawan bila melakukan hukum Taurat. Tapi Paulus mengingatkan jemaat itu bahwa hanya dengan kepenuhan Roh mereka bukan saja dapat menekan godaan keingnan daging, melainkan juga dengan kuasa Roh mereka dapat mengalami buah-buah roh. Ada perbedaan, antara jemaat yanghidup menurut keinginan Roh dengan mereka yang hidup dalam keinginan daging. Perbedaan itu nampak dari buah-buahnya.



Makna dan Implikasi Firman
     Tantangan yang datang dari nabi palsu, bukan saja dialami orang Kristen penerima surat 1 Yohanes 2, tetapi menjadi pergumulan banyak gereja akhir-akhir ini. Tantangan itu dtang dari luar dan dari dalam gereja itu sendiri. J.W. Welss yang mengamati danmeneliti kekristenan postmodern mengatakan "roh-roh kepalsuan paling banyak datang dari teologi gereja itu sendiri". Warga gereja, pemimpin gereja, para teolog, banyak di antara mereka yang sadar atau tidak sadar membawa pemahaman-pemahaman di luar gereja dan memaksakan itu menjadi pemahaman gereja. Yang paling menonjol mempengaruhi warga gereja antara lain Teologi Sukses. Teologi ini mengajar-kan bahwa tanda dari ketaatan seseorang pada kehendak TUHAN itu nampak dari berkat-berkat kehidupan yang dia miliki. Jika dia susah dan menderita, itu tanda ketidaktaatan. Jika ia memiliki banyak harta, uang, jabatan, maka itu tanda ia orang yang taat kepada TUHAN. Buah-buah roh telah diganti dengan keinginan daging. Kedagingan telah merasuk begitu banyak "gereja". Mereka hanya mengukur keberhasilan pelayanan dari: gedung gereja yang megah dan mewah, banyak persembahan yang terkumpul, dan banyaknya orang yang beribadah. Bahkan pekerjaan Roh telah dibatasi oleh kemauan dan kehendak manusia. Kuasa dan mujizat TUHAN telah dibatasi, sepertinya itu terjadi dalam pengendalian manusia. Padahal kuasa Roh Kudus terjadi dalam pengendalian Tuhan sendiri.

     Bacaan minggu ini, mengingatkan agar warga gereja selalu "menguji pernyataan-pernyataan roh", Bagaimana cara mengujinya:
1. Apakah pekerjaan itu memuliakan TUHAN?
2. Apakah pekerjaan itu sesuai dengan Firman Tuhan?
3. Bagaimanakah pendapat sesama hamba Tuhan?
4. Lihatlah buah-buahnya (apakah sesuai dengan buah-buah roh)?

     Salah satu bentuk karya Roh Kudus dalam pelayanan misi gereja adalah memberi kuasa kepada orang percaya untuk menguji setiap pernyataan roh. Gereja yang bermisi adalah gereja yang terus menerus melaksanakan pengujian atas segala pernyataan roh.



NAS PEMBIMBING: Kisah Para Rasul 1:8

PERTANYAAN DISKUSI

Hal-hal apakah menurut teks yang merupakan pekerjaan nabi palsu?
Bagaimanakah harus bersikap untuk setiap pernyataan Roh, dan bagaimanakah membedakan mana Roh yang berasal dari Allah dan mana yang palsu.
Sejauh manakah pelayanan misi gereja masa kini telah melaksanakan pelayanan dengan kepenuhan kuasa Roh Kudus?


POKOK-POKOK DOA

Memohon kepada Tuhan agar karya-karya Roh Kudus terus menerus memenuhi pelayanan, persekutuan dan kesaksian gerejaNya
Memohon kepada TUHAN agar warga gereja dimampukan untuk dapat menguji mana roh yang benar dan mana yang palsu.


TATA IBADAH YANG DIUSULKAN:

HARI MINGGU BENTUK IV



NYANYIAN YANG DIUSULKAN:
Persiapan: KJ No.4:1,3
Nyanyian Pembukaan KJ No.13:1,3,4
Pengakuan Dosa: NKB No.13:1,2
Sebelum Khotbah: KJ No.240a:1,2
Sesudah Khotbah: NKB No.100:1-3
Persembahan: NKB No.126:1-3
Penutup: NKB No.128:1,2

ATRIBUT YANG DIGUNAKAN:
Warna dasar merah dengan simbol salib dan lidah api.
Renungan dan Aplikasi Kristen Gratis: Download Aplikasi Kristen Gratis

Bersyukur untuk pemeliharaan Tuhan

Mazmur 105:12-22
Judul: Bersyukur untuk pemeliharaan Tuhan
Tidak selalu mudah untuk kita memahami cara Tuhan memelihara hidup kita. Itu juga yang dirasakan
tokoh-tokoh di Alkitab. Misalnya para patriakh, dan Yusuf! Pemazmur melihat di balik kehidupan
mereka pemeliharaan Tuhan bukan hanya untuk pribadi tertentu, tetapi untuk umat-Nya dan masa
depan mereka.
Abraham tinggal sebagai keluarga asing di tanah Kanaan, terkadang karena situasi harus lari ke
tempat lain (Kej. 12:10-20; 20:1-18; juga Ishak di 26:1-34). Memang seringkali kejadian itu juga
karena ulah mereka yang kurang beriman.Namun, Tuhan menyertai dan melindungi mereka dari
orang-orang yang mencoba mengambil kesempatan di tengah kesempitan.Tuhan menghargai
mereka sebagai orang yang diurapi, bahkan nabi (15). Oleh karena itu Tuhan membela mereka dari
usikan musuh.
Siapa dapat menduga bahwa turunnya Yusuf ke Mesir sebagai budak, yang disebabkan ulah kakakkakaknya,
serta difitnahnya Yusuf oleh istri Potifar sehingga ia dipenjara, merupakan cara Allah
mempersiapkan pertolongan atas keluarga besar Yakub dari bencana kelaparan dahsyat. Lebih
daripada itu, Allah menggunakan peristiwa tersebut untuk mempersiapkan umat-Nya kelak, keluar
dari Mesir dan menjadi bangsa yang dipakai Allah menyatakan keselamatan-Nya bagi dunia ini. (lih.
23-dst.).
Tuhan memelihara umat-Nya dengan cara-Nya melampaui pengertian kita yang terbatas.Allah
berdaulat menggunakan cara-Nya sendiri. Di dalam hikmat-Nya, Allah tidak pernah keliru bertindak.
Cara Allah selalu membuahkan berkat dan anugerah baik bagi mereka yang dipakai-Nya, maupun
orang lain yang ada dalam lingkup anugerah-Nya. Mari bersyukur walau belum mengerti ketika kita
menghadapi sesuatu yang tidak terduga, dengan percaya bahwa Allah memelihara kita dan bahkan
melalui kita Ia menyatakan rencana baik-Nya untuk orang di sekeliling kita.

Jumat, 24 Mei 2013

Allah mendidik hamba yang akan dipakai

Keluaran 2:11-22
Judul: Allah mendidik hamba yang akan dipakai
Ketika Allah akan memakai seseorang, maka Ia akan mendidik dan membentuk orang itu agar siap
dipakai Allah. Allah mendidik Musa sekitar empat puluh tahun lamanya dalam sekolah yang luar
biasa, yaitu istana Mesir. Namun rupanya pendidikan tersebut masih belum cukup. Dalam nas hari
ini kita melihat bahwa Allah kemudian mengirim Musa ke Midian selama empat puluh tahun untuk
mendidik dia lebih lanjut.
Setelah Musa dewasa, suatu hari ia mendapati seorang Mesir memukul seorang Ibrani. Ia
menganggap orang Ibrani sebagai saudaranya. Itu berarti Musa tahu bahwa dia adalah seorang
Ibrani, walaupun ia hidup sebagai pangeran Mesir. Maka ia bermaksud membunuh orang Mesir
tersebut. Namun ia tahu bahwa risikonya besar jika ketahuan membunuh seorang Mesir. Sebab itu
ia membunuh orang Mesir itu ketika tidak ada orang (maksudnya tidak ada orang Mesir) yang
melihat perbuatannya. Lalu mengapa Musa tetap membunuh orang Mesir itu walau tahu bahwa
perbuatannya berisiko? Stefanus memberikan pemahaman bahwa Musa beranggapan bahwa Allah
memakai dia untuk menyelamatkan saudara-saudaranya, walaupun mereka tidak mengerti (Kis.
7:25). Perhatikanlah, betapa tinggi hatinya Musa. Pemahaman bahwa ia akan dipakai Tuhan
membuat dia menganggap diri layak untuk mencabut nyawa orang lain.
Ia memang telah mendapat pendidikan tinggi di istana Mesir. Namun pendidikan itu rupanya tidak
membentuk karakternya. Sebab itu, ia masih perlu dididik dalam hal karakter supaya siap dipakai
oleh Tuhan. Kita akan melihat bagaimana nantinya Musa menjadi orang yang berbeda setelah Allah
membentuk dia selama masa empat puluh tahun di Midian.
Allah memang akan mendidik dan membentuk orang yang Dia pilih untuk menjadi hamba-Nya.
Bukan hanya dalam soal pengetahuan, terlebih dalam soal karakter sebagai hamba yang rendah hati
dan lemah lembut. Maka janganlah mengeluh jika Allah mendidik kita dengan cara-cara dan dalam
waktu yang kita tidak sukai, karena itu berarti bahwa Allah akan memakai kita dengan lebih efektif
lagi.

Kamis, 23 Mei 2013

Peranan orang tua dalam rencana Allah

Keluaran 2:1-10
Judul: Peranan orang tua dalam rencana Allah
Orang tua adalah figur penting dalam keluarga, juga dalam rencana Allah bagi umat. Ini kita lihat
dalam hidup Musa.
Ketika rencananya gagal, Firaun memerintahkan untuk membunuh bayi laki-laki Israel dengan
membuang mereka ke sungai Nil. Pada waktu itulah Musa lahir. Ibu Musa melihat anak itu baik dan
sehat. Namun, Stefanus memberikan gambaran bahwa Musa itu elok di mata Allah (Kis. 7:20). Jelas
ibu Musa tidak dapat menyerahkan anaknya kepada tentara Mesir. Lalu ia menyembunyikan Musa
selama tiga bulan (2). Tampaknya masa itu dipakai si ibu untuk memikirkan cara menyelamatkan
bayinya. Karena sesudah masa tiga bulan ia meletakkan bayinya dalam peti dan menghanyutkannya
di sungai Nil. Tentu bukan kebetulan jika si bayi hanyut dengan melewati tempat puteri Firaun
mandi. Bukan kebetulan pula jika sang putri memutuskan untuk memelihara bayi itu, meski ia
memperkirakan bayi itu adalah bayi orang Israel. Tidak tersirat kekhawatiran mengenai perintah
sang raja menyangkut bayi orang Israel.
Kakak Musa yang mengikuti "perjalanan" bayi Musa di sungai, langsung mendatangi putri Firaun dan
menawarkan diri untuk mencarikan inang penyusu. Menurut Anda sebijak itukah kakak si bayi?
Tentu ibu mereka pegang peranan dalam hal ini. Si ibu tidak mau kehilangan anak laki-lakinya
sehingga ia mempersiapkan kakak si bayi untuk memantau si adik dan kemudian berbicara seperti
itu kepada sang putri. Suatu strategi yang cemerlang!
Dari rangkaian peristiwa ini, kita melihat Allah yang memakai si ibu untuk menyelamatkan bayinya,
bukan hanya demi hidup si bayi melainkan bagi kepentingan besar di masa mendatang. Dan Allah
memberikan kehormatan kepada orang tua Musa untuk mempersiapkan anaknya dalam
menggenapi rencana Allah. Sejalan dengan itu, tentu ada tanggung jawab besar dalam mendidik
anak untuk memahami rencana Tuhan bagi diri mereka. Maka orang tua harus melihat pentingnya
peran yang diberikan Tuhan kepada mereka. Peran itu harus dijalankan dengan serius, peka
terhadap tuntunan Tuhan, serta dengan mengandalkan kekuatan yang dari Tuhan.

Rabu, 22 Mei 2013

Melihat Allah di tengah kesulitan

Keluaran 1:1-22
Judul: Melihat Allah di tengah kesulitan
Ketika dalam kesulitan, kadang kita tidak dapat melihat rencana Allah dalam hidup kita. Nas hari ini
menunjukkan bahwa di tengah penderitaan umat, sesungguhnya rencana Allah sedang digenapi.
Karena merasa terancam oleh keberadaan Israel di tengah mereka, Firaun berikhtiar untuk
menghabisi orang Israel. Maka Firaun membebankan kerja yang lebih berat kepada orang Israel.
Tujuannya, agar banyak yang mati. Namun bukannya berkurang, orang Israel bahkan bertambah
semakin banyak.
Rencana kedua, Firaun meminta para bidan untuk membunuh bayi laki-laki Israel ketika dilahirkan.
Mengapa hanya bayi laki-laki? Pada waktu kejatuhan manusia, dalam hukuman-Nya terhadap ular
yang mewakili Iblis, Tuhan menyatakan akan mengadakan permusuhan antara keturuan ular (yaitu
keturunan Iblis secara rohani/orang tidak percaya) dengan keturunan perempuan (yaitu keturunan
orang percaya) dalam Kej. 3:15. Dari perempuan tersebut akan lahir laki-laki yang menghancurkan
kepala si Iblis. Maka tak heran bila Iblis memakai Firaun untuk membunuh hanya bayi laki-laki Israel
supaya apa yang telah Allah nyatakan tidak terjadi.
Namun rencana Firaun tidak berhasil karena kedua bidan yang menangani persalinan perempuanperempuan
Israel (mungkin mereka adalah kepala bidan-nama kedua bidan itu menunjukkan bahwa
mereka adalah orang Israel), tidak mematuhi perintah Firaun. Mereka tidak mau membunuh bayi
laki-laki Israel karena mereka takut akan Allah (17). Akibatnya, orang Israel malah semakin
bertambah. Bahkan Allah juga memberkati para bidan tersebut hingga mereka kemudian berumah
tangga (21).
Di balik semua masalah yang dihadapi Israel, sesungguhnya Allah sedang menggenapi rencana-Nya
untuk memberkati mereka. Setidaknya, kedua bidan yang mematuhi perintah Allah, telah mencicipi
berkat tak terduga.Sebab itu, mari kita belajar untuk melihat rencana Allah di tengah berbagai
kesulitan hidup yang kita hadapi, karena Allah bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan
kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia (Rm. 8:28).

Selasa, 21 Mei 2013

Prinsip melayani dalam Kristus

1 Korintus 16:10-24
Judul: Prinsip melayani dalam Kristus
Paulus menutup suratnya dengan pemberitahuan akan kedatangan Timotius sebagai pembawa surat
ini dan beberapa nasihat praktis. Nasihat Paulus ialah agar mereka memegang teguh prinsip-prinsip
pelayanan yang didasari kasih Kristus.
Prinsip pertama ialah tidak membuat orang-orang di sekitar kita takut melayani sebaliknya
mendorong mereka giat (10). Paulus meminta agar jemaat Korintus menerima Timotius dengan baik,
sehingga ia dapat melayani di sana tanpa takut karena yang dikerjakan Timotius adalah pekerjaan
Tuhan.
Prinsip kedua ialah tidak merendahkan orang lain (11). Paulus meminta jemaat tidak merendahkan
Timotius. Mungkin ini berkaitan dengan kemudaan Timotius. Paulus tidak ingin jemaat meremehkan
Timotius.
Prinsip ketiga ialah menjaga iman agar terus bertumbuh dalam Kristus (13). Ia menasihati agar
mereka berjaga-jaga, yaitu harus waspada terhadap godaan mengikuti hawa nafsu maupun bujukan
dunia.Mereka semua harus berdiri teguh dalam iman. Dasar yang kuat agar iman terjaga bahkan
bertumbuh adalah kasih. Motivasi kasih menolong mereka tidak berpusat pada diri sendiri
melainkan pada Kristus.
Prinsip keempat ialah menjaga relasi dengan orang-orang di sekitar (15-18). Menghargai rekan
sepelayanan merupakan hal yang penting. Hal ini demi menjaga sinergi kasih di dalam pelayanan.
Sehingga terciptalah suasana kasih Kristus di antara pelayan Tuhan. Sebelum Paulus menutup
suratnya, ia menyampaikan salam dari jemaat di Asia Kecil kepada mereka (19-20). Ini juga
merupakan bukti betapa relasi itu penting dan harus dibangun.
Akhirnya, Paulus menutup suratnya dengan menyampaikan suatu tanda persekutuan yang indah,
yaitu dengan "cium kudus". Cium kudus ini bukanlah ciuman yang mengumbar nafsu, namun hal ini
dilakukan sebagai perwujudan saling mengasihi dalam Tuhan (20).
Sebagai orang percaya maupun pelayan Tuhan hendaknya kita memegang teguh prinsip pelayanan
ini. Sehingga kita benar-benar menjadi berkat bagi banyak orang hingga "Maranata" (Tuhan,
datanglah).

Senin, 20 Mei 2013

Renungan Kristen - Penatalayanan keuangan

1 Korintus 16:1-9
Judul: Penatalayanan keuangan
Salah satu pelayanan penting yang dilakukan Paulus selama perjalanannya ialah pengumpulan "uang
persembahan" bagi orang-orang kudus dan orang-orang miskin di jemaat Yerusalem (1; Rm.15:25-
26). Motivasi dasar Paulus ialah mempersatukan orang-orang percaya Yahudi dan bukan Yahudi.
Harapannya ialah pernyataan kasih dari orang-orang bukan Yahudi ini dapat membantu membangun
jembatan di antara dua kelompok tersebut (2 Kor.8-9).
Paulus memberikan saran praktis kepada jemaat untuk penatalayanan uang persembahan itu.
Persembahan tersebut diberikan pada hari pertama dari tiap-tiap minggu (2). Setiap jemaat harus
datang pada pertemuan ibadah dan memberikan persembahannya. Mereka telah menerima berkat
Tuhan, maka mereka pun bisa menjadi berkat bagi orang lain. Pemberian itu harus "sesuai dengan
apa yang kamu peroleh" ? Orang menerima banyak diharapkan memberi banyak. Orang yang
memiliki sedikit, tidak menjadikannya alasan untuk tidak memberi. Memberi sesuai dengan
kemampuan adalah penting, supaya tidak ada yang memberi dengan terpaksa (2). Paulus juga
menuntut keteraturan, dalam jemaat "menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya
jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang." Ia berharap agar mereka sudah
mempersiapkan persembahan (2).
Integritas Paulus terlihat dari cara ia menangani uang jemaat. Ia tidak terlibat langsung tetapi
mengirim utusan yang kelayakannya ditentukan oleh jemaat setempat (3). Jadi tidak ada celah bagi
siapa pun untuk menuduh Paulus memanipulasi uang tersebut.
Paulus menyatakan kerinduan untuk mengunjungi jemaat (5). Ia tidak ingin sekedar berjumpa,
melainkan tinggal agak lama di sana (6-7). Sehingga ia dapat melayani dan menolong orang-orang
bagi Kristus. Salah satu bentuknya adalah mendorong mereka terlibat dalam pelayanan
persembahan itu. Teladani Paulus yang berintegritas dalam hal keuangan. Milik kita adalah anugerah
Allah. Maka berbagi dengan yang membutuhkan adalah berbagi anugerah Allah.

Minggu, 19 Mei 2013

Renungan Kristen - Kemuliaan tubuh kebangkitan

1 Korintus 15:35-58
Judul: Kemuliaan tubuh kebangkitan
Paulus mengajak orang Korintus untuk berpikir bijaksana dalam mempelajari kebenaran. Ada orangorang
yang kesulitan untuk mengerti bagaimana seseorang bisa dibangkitkan, dan dengan tubuh
seperti apa mereka akan dibangkitkan.
"Hai orang bodoh!" (36) merupakan teguran yang keras, bukan untuk menghina melainkan
mengajak mereka membuka wawasan berpikir yang sangat sempit tentang kemahakuasaan Tuhan
dalam dunia ciptaan. Analogi yang Paulus berikan diharap dapat membuka pengertian mereka yang
sempit (35-38).
Kemuliaan tubuh sorgawi lebih dari tubuh duniawi (40). Tubuh alamiah kita seiring berjalannya
waktu akan semakin lemah, manusia lahiriah kita akan semakin merosot. Sedangkan manusia
batiniah, yang menjadi persiapan tubuh yang tidak kelihatan itu, bersifat mulia (42-44). Sebagaimana
kita mengambil rupa Adam ?ditaburkan dalam tubuh alamiah ? kita juga akan memakai rupa dari
yang sorgawi, yaitu Kristus sendiri. Jadi meskipun tubuh fisik kita semakin rusak, kehidupan rohani
kita boleh terus diperbarui (45-49). Yang menjadi pengharapan kita pada akhir zaman adalah bahwa
kita kelak pada kebangkitan akan memakai rupa dari yang sorgawi (49). Paulus juga mengatakan,
bahwa sesungguhnya kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semua akan diubah dalam sekejap
mata pada waktu bunyi nafiri yang terakhir (51-52).
Maut dikalahkan sebagai musuh terakhir. Maut telah ditelan oleh kemenangan (54). "Sengat maut
adalah dosa", maut adalah di mana Tuhan tidak hadir dalam hidup seseorang, dan ketika seseorang
berdosa, ia sedang mencicipi maut. Ia tidak dalam bahaya hilang dari hadirat Tuhan (55-56).
Pengharapan ini semestinya mendorong kita untuk lebih giat dalam melayani Tuhan. Alkitab
menegaskan bahwa kita harus berjaga-jaga (menjaga kualitas hidup kristen yang beriman),
mengembangkan talenta (sebagai tuntutan untuk memberikan yang terbaik) untuk menyambut
kedatangan kembali Sang Tuan. Tuhan Yesus akan datang, maka kita harus semakin bergiat dalam
pekerjaan Tuhan (58).

Sabtu, 18 Mei 2013

Renungan MTPJ GMIM 19-25 Mei 2013


TEMA MINGGUAN: "Kepenuhan Roh Kudus"

TEMA BULANAN: "Kuasa kebangkitan Kristus memberi kemenangan"

Bahan Alkitab: YOEL 2:28-32; KISAH PARA RASUL 2:1-13



ALASAN PEMILIHAN TEMA
     Gereja diutus untuk bersaksi dan melayani di tengah dunia. Dalam melaksanakan panggilan ini, maka gereja membutuhkan kuasa Roh Kudus. Oleh Roh Kudus Gereja (orang-orang percaya) diperlengkapi dan dikuatkan.

     Sepanjang sejarah gereja, pekerjaan Roh Kudus sering dipersoalkan dengan munculnya kelompok-kelompok tertentu yang membatasi mempersempit cara kerja Roh Kudus. Mereka mengklaim bahwa "tanda" kepenuhan Roh Kudus hanya melalui pemberian bahasa Roh serta mengabaikan berbagai karunia Roh Kudus yang diberikan kepada orang percaya.

     Sebagai upaya menjembatani perbedaan doktrin serta mengurai konflik di kalangan gereja, maka di hari Pentakosta ini, diulas landasan Alkitabiah tentang kepenuhan Roh Kudus. Supaya gereja dapat memahami cara kerja Roh Kudus dan kiranya Roh Kudus berkenan memenuhi orang percaya dengan berbagai karunia-karuniaNya, untuk terus bersaksi dan melayani bagi kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja.



PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
     Hari Pentakosta adalah hari kelimapuluh sesudah perayaan Paskah. Pentakosta berasal dari istilah Yunani pentekose yang secara harafiah berarti kelimapuluh. Bagi orang Yahudi dirayakan sebagai Pesta Panen, di mana roti-roti yang pertama yang dibuat dari gandum hasil panen baru dipersembahkan kepada Tuhan sebagai korban. Pada hari itu, semua orang percaya berkumpul, menanti janji Tuhan, ... kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu dan kamu akan menjadi saksiKu... (Kis.1:8)

     Kepenuhan Roh Kudus, (Yunani: pletho artinya menjadi penuh atau dipenuhi) digambarkan dengan: turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras, yang nampak dalam bentuk lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada setiap orang. Lidah seperti nyala api menunjuk kepada hal berbicara/berbahasa dan bersaksi yang dikaruniakan oleh Roh Kudus kepada semua orang percaya. Roh Kudus memberikan kesanggupan untuk berbicara dan bersaksi memberitakan kabar baik.

     Tanda-tanda yang kedengaran dan kelihatan ini menyatakan kekuatan, keagungan dan kekudusan Roh Allah. Roh Kudus datang dari Allah atas inisiatif dan kehendakNya kepada semua orang percaya. Orang-orang yang dipenuhi Roh adalah orang-orang percaya, mereka yang berada di luar lingkungan orang percaya tidak dipenuhi. Penuhlah dengan Roh Kudus dapat juga diterjemahkan dengan Roh Kudus menguasai mereka seutuhanya.

     Bahasa sebagai sarana Kesaksian dan pemberitaan Injil. Karunia berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain sebagaimana diberikan oleh Roh Kudus kepada orang percaya merupakan bahasa yang diucapkan dan dimengerti oleh para pendengarnya. Ada 15 macam bangsa dan negeri yang disebutkan sebagai tempat asal orang-orang Yahudi dan penganut agama Yahudi yang dtang ke Yerusalem. Mereka mendengar para murid berbicara dalam bahasa mereka sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar (Yunani=megalios) yang dilakukan Allah.

     Respon/Reaksi Para Pendengar, ada dua reaksi dari peristiwa ini. Yang pertama, para pendengar tercengag-cengah dan heran, bagaimana orang Galilea (masyarakat sederhana, yang tidak berpendidikan) dapat berbicara dalam berbagai bahasa yang mereka gunakan, yaitu bahasa dari tempat asal mereka. Yang kedua, suatu ungkapan sindiran yang berisi, ejekan pedas, bahwa mereka mabuk oleh anggur manis.

     Pekerjaan Roh Kudus pada hari Pentakosta adalah penggenapan janji yang juga dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Kutipan dari Yoel 2:28-32 dalam Kisah 2:17-21 mengacu kepada hari-hari terakhir tentang kedatangan hari Tuhan. Hari Tuhan adalah hari Keselamatan, bagi orang yang memanggil nama Tuhan. Kalau sebelumnya Roh Tuhan dicurahkan (diberikan dengan melimpah seperti hujan) ke atas semua manusia, laki-laki dan perempuan, yang tuan dan yang mudah, maupun hamba/budak, Roh Tuhan memberikan dan menjamin adanya suatu persekutuan yang baru, di dalamnya semua orang hidup sebagai nabi, menyampaikan suara Allah bagi dunia. Hari Pentakosta ini adalah hari lahir gereja, terbentuknya suatu persekutuan orang percaya oleh kuasa Roh Kudus.



Makna dan Implikasi Firman
     Pemberian Roh Kudus adalah penggenapan Janji Allah untuk menyertai dan memperlengkapi orang percaya dengan kuasaNya. Kepenuhan Roh Kudus datang dari Allah atas kehendakNya dan bukan karena inisiatif manusia.

     Fungsi utama dari Roh Kudus adalah bekerja dalam diri manusia. Manusia yang sederhana dan tak berdaya diberikan karunia untuk bersaksi dan memberitakan Injil. Jadi salahlah kalau ada orang yang beranggapan bahwa fungsi utama dari Roh Kudus adalah membuat manusia dalam keadaan "in trance" (keadaan kemasukan roh), menggelepar-gelapar, tak sadarkan diri. Roh Kudus memenuhi orang percaya sehingga dengan penuh semangat dan keberanian, menyampaikan dengan bahasa yang diberikan Roh tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan oleh Allah.

     Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan sebagai sarana kesaksian dan pemberitaan Injil. bahasa yang digunakan ini, dapat dipahami oleh para pendengarnya yang berasal dari berbagai tempat dan bangsa yang berbeda. Jadi jurang antar manusia yang disebabkan oleh kesulitan berkomunikasi dapat dijembatani melalui bahasa. Yang tidak dapat dihapami, kini bisa dimengerti. Tak ada bahasa suci. Sebab setiap orang dihargai dengan bahasanya sendiri-sendiri. Hal ini menjadi suatu pembalikkan dari peristiwa Menara Babel, komunikasi yang kacau balau dengan bahasa-bahasa yang tak dapat dimengerti.

     Roh Kudus juga membebaskan manusia dari penjara-penjara primordialnya, yaitu dari penjara keyahudian, penjara kewilayahan bahkan dari penjara keagamaan. Ia menerobos ke luar menembusi latar belakang suku, bangsa, peradaban dan bahasa yang berbeda sampai ke ujung bumi. Itu memang tak berarti bahwa ikatan-ikatan primordial itu jahat dan harus dilenyapkan begitu saja. Tapi semua itu tidak boleh membelenggu kita dalam eksklusivisme yang sempit, hanya kita dan untuk kita dan mengurung menjadi fanatisme yang sempit. Melainkan Roh Kudus membuka cakrawala, yang memampukan kita untuk menerima dan memperlakukan siapa saja sebagai sesama dalam keberadaan mereka.

     Karena itu gereja tidak boleh membatasi cara kerja Roh Kudus, dengan sejumlah batasan-batasan tertentu, atau ukuran juga tanda, bahwa ini kepenuhan Roh Kudus dan yang itu tidak. Namun hal yang prinsip adalah bahwa Roh Kudus memberikan karunia-karunia yang berbeda-beda untuk membangun persekutuan, kesaksian dan pelayanan. Dan Roh Kudus memiliki cara yang berbeda yang tidak bisa dijadikan standar bagi semua orang percaya.



PERTANYAAN DISKUSI

Berikan gambaran yang dapat kita pahami mengenai pemberian Roh Kudus.
Bagaimana cara kita menggunakan bahasa sebagai sarana kesaksian dan pemberitaan Injil.


NAS PEMBIMBING: Kisah Para Rasul 1:8

POKOK-POKOK DOA

Agar Gereja dapat diberikan karunia Roh Kudus untuk melaksanakan tugas panggilannya.
Semangat dan Keberanian dalam memberitakan Injil.
Hidup dikuasai oleh Roh Kudus.

Renungan dan Aplikasi Kristen Gratis: Download Aplikasi Kristen Gratis

Renungan Kristen–Kedatangan Roh Kudus

Yohanes 15:26-16:15
Judul: Kedatangan Roh Kudus
Kedatangan Roh Kudus adalah kedatangan yang ditunggu para murid Kristus setelah peristiwa
kenaikan Tuhan Yesus. Oleh karena Ia tidak meninggalkan para murid sendirian tetapi Ia menjanjikan
Roh Kudus bersama mereka (Yoh. 14: 16-17, Yoh. 16: 7). Roh yang penuh kuasa akan menyertai dan
memberikan tuntunan dalam kehidupan para murid dalam menjalankan kelangsungan tugas yang
diberikan oleh Tuhan Yesus (Yoh. 14: 26). Mengapa perlu Roh Kudus turun?
Pertama, Roh Kudus adalah Roh Penolong yang diberikan Bapa dan Tuhan Yesus kepada para murid
untuk menyertai mereka selamanya. Mereka akan bersaksi tentang Kristus kepada dunia (15:26).
Karena itu mereka memerlukan kuasa ilahi bersama dengan mereka (Luk. 24:49, Kis. 1:8). Tidak
hanya itu, tetapi dalam menjalankan misi tersebut nyawa mereka adalah taruhannya (1-2) karena
dunia akan menolak mereka. Artinya diri mereka dan misi yang dijalankan adalah penting. Kedua,
karena hal tersebut berkenaan dengan misi kedatangan Roh Kudus itu sendiri yaitu menginsafkan
dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman (16:8-11). Di mana terjadi penolakan dunia atas
semuanya. Artinya dunia akan melawan dengan keras kehadiran murid Kristus dan memberi
tantangan hebat terhadap ajaran Kristus. Ketiga, Roh Kudus menyatakan kebenaran. Dia adalah Roh
Kebenaran (16:13). Hal ini berkaitan langsung dengan Tuhan Yesus sendiri (Yoh. 1: 17, Yoh. 14:6).
Roh Kudus akan memimpin orang percaya kepada Kristus itu sendiri. Kristus dan firman-Nya adalah
satu-satunya yang dapat memerdekakan orang dari dosa yang membelenggunya (Yoh. 8: 31-31, 34).
Jadi, keputusan penting yang harus diambil yaitu mengikuti Kristus atau tidak.
Sebagai orang percaya kita perlu menyadari kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita supaya kita
menyatakan diri sebagai murid Tuhan.

Jumat, 17 Mei 2013

Pentingnya kebangkitan Kristus

1 Korintus 15:12-34
Judul: Pentingnya kebangkitan Kristus
Dalam kekristenan, kebangkitan adalah sangat penting. Fakta bahwa Yesus bangkit pada hari yang
ke-3, mempunyai arti yang sangat penting. Karena kebangkitan-Nya membuktikan keilahian-Nya.
Persoalan yang terjadi dalam Jemaat Korintus adalah mereka percaya bahwa Kristus dibangkitkan
dari antara orang mati, tetapi sulit untuk memercayai adanya kebangkitan orang mati (12, 13, 16).
Bagi Paulus, hal ketidakpercayaan akan kebangkitan orang mati ini tidak sepele, karena akan
mendistorsi berita kebangkitan Kristus. Dengan kalimat yang tegas ia mengatakan "Jika orang mati
tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati"(32). Dengan kata
lain tidak ada perbedaan antara kehidupan orang Kristen dan orang tidak percaya, karena samasama
akan mengalami kebinasaan.
Yang membuat perbedaan adalah pentingnya kebangkitan Kristus yang menjadi dasar iman Kristen.
Paulus memberikan penegasan kepada mereka bahwa jika Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah
pemberitaan para rasul dan iman kita (14). Jika Kristus tidak dibangkitkan maka kita tetap tinggal
dalam dosa (17). "kamu masih hidup dalam dosamu". Dosa yang membuat manusia terpisah dari
Allah, yang membuat manusia mati dan binasa (21, 22).
Fakta kebangkitan Kristuslah yang membuat setiap orang percaya dibebaskan dari belenggu dosa
dan kebinasaan. Inilah perbedaan antara orang yang percaya Kristus dengan yang menolak-Nya,
yaitu pengharapan di dalam Kristus. Kebangkitan-Nya membuat kita tidak hidup dalam kesia-siaan
tetapi dalam pengharapan, yaitu bahwa kita semua yang percaya kepada-Nya akan dibangkitkan
seperti Dia, yang sulung, dibangkitkan (20).
Oleh karena itu kita orang-orang percaya yang telah memiliki kepastian akan kebangkitan Kristus,
dituntut untuk hidup dalam kebenaran. Kebenaran inilah yang menuntun kita hidup dalam
keteguhan iman, yang diproyeksikan menghasilkan kekudusan dan ketaatan total kepada Allah,
sehingga hidup kita ini menyenangkan Dia.

Kamis, 16 Mei 2013

Kematian dan kebangkitan Kristus

1 Korintus 15:1-11
Judul: Kematian dan kebangkitan Kristus
Dalam pasal 15 ini rasul Paulus menjelaskan pokok masalah tentang kematian dan kebangkitan.
Karena kala itu jemaat Korintus "diganggu" oleh orang-orang yang tidak percaya akan kebangkitan
sehingga penting bagi Paulus untuk membahasnya (3).
Pertama, kematian Yesus merupakan dasar dari keselamatan manusia. Pernyataan "Kristus mati
karena dosa-dosa kita" memberi penjelasan jika Kristus tidak mati, maka manusia tidak memiliki
keselamatan. Yesus mati sebagai kurban pengganti karena dosa kita. Ia mati untuk menebus kita
sehingga melalui kematian-Nya kita dapat bersekutu dengan Allah.
Kedua, Yesus yang mati itu dikuburkan (4). Bagaimana mungkin Ia dikuburkan jika Ia tidak melalui
fase kematian?
Ketiga, Yesus dibangkitkan pada hari yang ketiga (4). Keraguan orang-orang Korintus akan
kebangkitan Kristus dijawab oleh Paulus dengan memberikan bukti meyakinkan bahwa ada banyak
orang yang melihat Yesus setelah kebangkitan. Antara lain, kepada Kefas (Petrus), kedua belas rasul
(5), lebih dari lima ratus saudara sekaligus (6), Yakobus, kemudian semua rasul (7), dan Paulus
sendiri (8). Mereka semua adalah saksi dari kebangkitan Kristus. Jangan lupa hidup Paulus yang
sudah diubahkan juga adalah kesaksian otentik akan kuasa kebangkitan Kristus (9-10).
Paulus mengatakan bahwa apa yang ia sampaikan ini "sesuai dengan Kitab Suci" (3, 4). Paulus tidak
menyampaikan argumennya sendiri tanpa dasar tertulis. Semua yang ia kemukakan di dasarkan
pada apa yang tercatat dalam Kitab Suci, yaitu berita kematian dan kebangkitan Kristus telah
dinyatakan dalam nubuat-nubuat Perjanjian Lama.
Hingga saat ini selalu ada orang-orang yang menyangsikan kematian dan kebangkitan Kristus. Hal ini
menjadi tantangan tersendiri bagi kekristenan dan orang percaya. Oleh karenanya yang menjadi
tanggung jawab setiap orang percaya ialah mempelajari Kitab Suci dengan baik, sehingga iman kita
menjadi kuat dan setiap kita pula dapat melakukan pembelaan iman berdasarkan Alkitab.

Rabu, 15 Mei 2013

Renungan Kristen - Keteraturan dalam ibadah

1 Korintus 14:26-40
Judul: Keteraturan dalam ibadah
Rasul Paulus menekankan kepada jemaat Korintus untuk memperhatikan ketertiban di dalam
beribadah. Karena kala itu jemaat Korintus sedang menghadapi masalah-masalah khusus mengenai
kekacauan dalam pertemuan jemaat (17-23). Kali ini ia lebih tegas mengatur ibadah berkaitan
dengan penggunaan karunia roh yang kerap keliru di antara anggota jemaat. Mereka memakai
karunia-karunia roh untuk menyenangkan diri dan kesombongan pribadi.
Semua karunia roh dan aktivitas dalam pertemuan jemaat harus dipergunakan untuk membangun
(26). Orang yang dipenuhi Roh Kudus bisa mengontrol dirinya ? bukan asyik sendiri. Ia lebih
mementingkan orang lain, karena itulah hakikat kasih, sehingga pertemuan ibadah tidak kacau (40).
Paulus mengatur teknis dari pemanfaatan karunia dalam ibadah. Untuk penggunaan bahasa lidah, ia
mengaturnya sehingga ada ketertiban dalam ibadah. Penggunaan bahasa lidah diperbolehkan dalam
ibadah secara terbatas (dua atau tiga orang), dan harus ada orang yang mendapatkan karunia
menafsirkannya. (27-28). Juga ia mengatur penggunaan karunia bernubuat. Demi ketertiban ibadah,
nubuat harus disampaikan bergantian, sehingga yang lain bisa belajar dan bertumbuh dalam iman
(30-31).
Paulus sama sekali tidak melarang seseorang memiliki dan menggunakan karunia roh yang ada
padanya (39). Yang ia lakukan adalah mengaturnya agar tepat digunakan bagi kepentingan
membangun jemaat Sebab tujuan karunia Roh ialah untuk membangun jemaat. Karena itu
pemakaian karunia-karunia dalam pertemuan ibadah harus berlangsung secara teratur. Pertemuan
jemaat harus dilangsungkan dengan sopan dan teratur dan dengan motivasi yang baik serta untuk
kepuasan rohani bersama.
Kita dapat belajar dari apa yang rasul Paulus kemukakan, yaitu kita harus beribadah dengan sopan
dan teratur di dalam gereja. Baik itu dengan liturgi yang tertulis atau pun tidak. Yang pasti ibadah
kita haruslah sopan dan teratur sebagai wujud penghormatan kita pada Tuhan.

Selasa, 14 Mei 2013

Kejarlah kasih, usahakanlah karunia!

1 Korintus 14:1-25
Judul: Kejarlah kasih, usahakanlah karunia!
Yang terpenting dari semuanya ialah isi hati Allah dapat ditangkap oleh manusia. Kemudian manusia
dapat terbangun olehnya. Nas ini merupakan penegasan bahwa yang dikehendaki Allah ialah ruparupa
karunia roh berfungsi untuk menumbuhkan kasih di dunia ini. Bahasa roh tidak ada gunanya
kalau hanya bunyi tanpa dimengerti orang lain. Padahal, tujuan dari karunia roh dihadirkan Allah
bagi manusia ialah supaya berguna bagi orang lain. Sementara itu, nubuat memang selalu
disampaikan kepada orang lain. Nubuat berguna untuk membangun, menasihati, dan menghibur.
Manusia cenderung mengejar sesuatu yang berguna hanya untuk dirinya sendiri, tanpa memikirkan
orang lain. Orang yang sudah mengenal Kristus pun seringkali menghadapi godaan itu. Mengejar
kasih dan mengusahakan memperoleh karunia-karunia roh dan mempergunakannya dalam roh dan
akal budi untuk membangun kehidupan bersama dan kemudian mengenal Allah, itulah yang utama
(1). Karunia roh merupakan kendaraannya, dan kasih sebagai mesin penggeraknya. Semua yang kita
miliki hendaknya kita gunakan untuk kepentingan dan kebaikan bersama, baik karunia rohani
maupun berbagai macam ketrampilan dan pengetahuan hingga ilmu pengetahuan modern. Dengan
demikian, Allah sumber kasih akan dikenal oleh banyak orang.
Kejarlah kasih! Berhentilah hanya memikirkan diri sendiri atau melihat orang lain sebagai saingan
karena karunia yang diterimanya dari Allah, atau bahkan membuat orang lain merasa asing dengan
kehadiran karunia roh yang kita terima dari Allah. Karunia roh akan membangun jemaat apabila
kasih menjadi landasannya. Kebiasaan seperti di jemaat Korintus juga banyak terjadi di kalangan
Kristen masa kini. Masih banyak orang Kristen memberlakukan karunia roh menjadi kemegahan diri
atau kelompoknya. Sekali lagi, karunia roh diberikan oleh Allah harus berguna untuk membangun
jemaat, membangun kehidupan bersama orang yang percaya kepada Kristus maupun yang belum
percaya kepada Kristus.

Senin, 13 Mei 2013

Kasih menjadikan karunia berfungsi

1 Korintus 13:1-13
Judul: Kasih menjadikan karunia berfungsi
Kasih ibarat lem perekat, pipa penyambung, tali pengikat, garam pengawet dan penghilang rasa
tawar. Apabila tidak ada kasih, rupa-rupa karunia akan berdiri sendiri-sendiri. Padahal, Allah
memberikan karunia untuk membangun kehidupan bersama di bumi ini, bukan di sorga. Karunia
bernubuat, iman, pengetahuan, hanya diperlukan di bumi untuk membangun kehidupan. Sayangnya,
ada saja orang Kristen yang menjadikan rupa-rupa karunia untuk diri sendiri atau kelompok
komunitasnya saja. Seolah-olah mereka hidup di sorganya sendiri. Kasih harus menggarami dan
merekatkan karunia yang satu dengan yang lain demi kebaikan hidup bersama di bumi.
Tanpa kasih, tidak ada gunanya karunia karena hanya akan jatuh pada kemegahan diri sendiri. Tanpa
kasih, memberi akan tak bermakna. Pemberi dan penerima akan merasa hampa. Kasih menjadikan
karunia yang ada pada kita berfungsi. Karunia ada untuk fungsi tertentu. Tanpa kasih, karunia tidak
berguna (1-3).
Kasih itu tidak merugikan orang lain dalam bentuk apa pun. Ia tidak mengambil atau mengurangi
hak-hak orang lain. Ia memberi ganti rugi apabila sudah merugikan sesamanya. Kasih itu tidak
berlaku semena-mena atau menganggap rendah orang lain. Kasih itu memberi keuntungan bagi
semua pihak. Ia memenuhi hak-hak setiap orang sebagai manusia seutuhnya yang dikasihi Allah.
Seharusnyalah rupa-rupa karunia yang kita miliki untuk memberi keuntungan bagi kehidupan. Sekali
kita menggunakan karunia yang ada pada kita untuk kemegahan dan kesombongan kita, kita telah
mengurangi sukacita orang lain, mereduksi iman dan pengharapan sesama kepada Allah. Apalah hak
kita menyombongkan pemberian yang kita terima? Karunia itu pemberian Allah bukan milik ciptaan
kita sendiri. Mari kita kembalikan karunia yang kita terima dari Allah sesuai dengan hakikat fungsinya
yaitu untuk membangun kehidupan bersama. Hendaklah rupa-rupa karunia yang kita masing-masing
miliki berdiri di atas satu pondasi yaitu kasih. Janganlah orang lain menjadi tersisih karena karunia
yang kita megahkan.

Minggu, 12 Mei 2013

Kesederajatan anggota tubuh Kristus

Santapan Harian
1 Korintus 12:12-31
Judul: Kesederajatan anggota tubuh Kristus
Hampir dapat dipastikan, tak satu pun orang menganggap salah satu bagian tubuhnya boleh dibuang
karena dianggap tidak penting. Setiap orang mengasihi tubuhnya sendiri. Seringkali, orang lainlah
yang menyebabkan seseorang membenci tubuhnya. Misalnya, seseorang tidak menerima diri karena
kulitnya hitam, karena orang banyak mengatakan kulit hitam itu jelek. Atau, banyak perempuan
gemuk dan pendek tidak menerima tubuhnya karena orang banyak membuat standar kecantikan
perempuan ialah langsing dan tinggi semampai.
Kristus mengasihi seluruh anggota tubuh-Nya, tanpa kecuali. Semua orang dengan suku dan status
sosial sama derajatnya di hadapan Tuhan. Manusialah yang membeda-bedakan orang berdasarkan
suku dan status sosialnya. Akibatnya, ada orang yang merasa diri hebat dan lebih berkuasa daripada
orang lain. Orang lain merasa dirinya tidak berguna dan lebih rendah dibandingkan dengan orang
lain. Terjadilah pelecehan, bahkan perkosaan atas sesamanya.
Sebagai anggota tubuh Kristus, kita semua sederajat. Bermacam-macam anggota tubuh mempunyai
tempat dan fungsi khusus. Perbedaan tempat, ukuran, dan fungsi tidak memengaruhi tinggi
rendahnya derajat mereka. Jari kaki tidak lebih hina karena ia di bawah. Demikian pula, anak kecil,
orang miskin, atau orang yang tak mampu secara fisik (disable), tidak lebih rendah daripada orang
dewasa, orang kaya, atau orang mampu secara fisik (able). Semua orang percaya memiliki tempat
khusus di hati Yesus. Bagaimana mungkin kita dapat menghina orang yang disayang oleh Yesus?
Mendiskriminasi mereka artinya, mendiskriminasi tubuh Kristus. Siapa kita sehingga mendiskriminasi
tubuh Kristus?
Jangan kita memperlakukan lebih tinggi atau lebih utama seseorang karena jabatan, kedudukan,
atau kekayaannya dalam sebuah jemaat. Hargai dan hormatilah setiap orang sebagai bagian penting
dalam tubuh Kristus! Janganlah pula kita merasa diri lebih tinggi atau lebih rendah daripada orang
lain. Semua jenis tugas dan fungsi dalam gereja adalah sama, yaitu untuk membangun tubuh Kristus.

Sabtu, 11 Mei 2013

Renungan GMIM 12 - 18 Mei 2013


TEMA MINGGUAN:
“Tekun menanti janji Tuhan”
TEMA BULANAN:
“Kuasa kebangkitan Kristus memberi kemenangan”
Bahan Alkitab:
Kisah Para Rasul 1:12-14; Yesaya 40:30-31

ALASAN PEMILIHAN TEMA
     Kata orang menanti adalah pekerjaan membosankan tetapi menanti janji Tuhan mutlak bagi orang percaya. Dan menanti itu perlu tekun. Tema ini diangkat didasarkan pada dua teks yang berbicara tentang penantian umat akan janji Tuhan. Sikap menanti yang coba diangkat berbeda dengan konsep umum, karena menunggu dapat berarti diam, statis, tetap di tempat. Tetapi menanti janji Tuhan yang dimaksud di sini adalah justru dengan bertekun dalam doa. Semangat penantian ini dilandasi pada keyakinan atas kebangkitan Yesus yang memberi kemenangan. Oleh karena itu, dengan tekun mereka menantikan janji Tuhan, yaitu datangnya Roh Kudus.
     Tema ini memang perlu diangkat karena ini harus menjadi gaya hidup orang percaya di era demokrasi modern sekarang ini. Menghadapi serbuan dan godaan dunia, maka ketekunan gereja dalam berdoa adalah senjata ampuh. Bagi gereja menanti dengan tekun akan melahirkan kekuatan dan semangat baru, seperti pada burung rajawali yang memiliki kemampuan bertahan dan memperbaharui diri.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
     Kata “kembali” (hupostrepho) dalam Kisah 1:12 bukan hanya bermakna pulang ke Yerusalem. Tetapi lebih daripada itu mengandung pengertian bahwa kini para murid kembali berbalik dari sikap terpaku, terpana (band, ayat 11 kata melihat, atenizo =  melihat secara alama dan tetap tanpa melakukan sesuatu); kepada kesadaran, semangat dan sikap baru. Ketika mereka berbalik dan berubah dari ketakjuban akan sesuatu yang supranatural, mereka kini sadar pada realitas dunia yang harus mereka hadapi. Pesona ilahi memang mampu memaku mereka, tetapi itu tidak berlangsung lama dan memang tidak boleh lama.
     Oleh karena itu, kembalinya para murid ke Yerusalem adalah sebuah perubahan yang sangat penting bagi diri mereka, tetapi juga bagi karya keselamatan yang sudah dikerjakan oleh Yesus. Waktu mereka kembali ke Yerusalem, mereka tetap berkumpul, bertekun dan satu hati. Kata bertekun (proskatereo) artinya menyibukkan diri, berhubungan karib (band. Kis.8:13), melayani secara pribadi (band. Kis.10:7) menghabiskan banyak waktu (band. Kis.2:46).
     Kematian Yesus membuat mereka bingung, kenaikan Yesus ke Sorma membuat mereka terpaku; maka kembalinya mereka ke Yerusalem adalah sebuah perubahan. Dalam mana mereka kemudian bertekun dengan saling melayani, saling mendoakan, saling menasihati, saling menguatkan satu dengan yang lain, secara pribadi mereka lebih saling mengenal sehingga kesehatian mereka semakin kuat. Mereka menunggu bukan dengan berdiam diri atau mengurung diri semata tetapi mereka banyak menghabiskan waktu untuk berdoa. Dengan kata lain, janji Tuhan akan digenapi pada orang-orang yang memiliki ketekunan seperti para rasul. Janji Tuhan dianugerahkan kepada mereka yang berdoa. Penantian akan janji Tuhan bukan membuat semangat menjadi loyo, harapan menjadi hilang. Tetapi penantian itu melahirkan satu gaya hidup baru. Justru dalam penantian mereka seolah-olah mendapat satu kekuatan baru melalui doa.
     Orang yang menanti-nantikan Tuhan itu seperti burung rajawali. Biasanya saat rajawali berumur 40 tahun, paruhnya itu sudah bengkok, cakar sudah tidak tajam, dan bulu-bulunya sudah tebal. Kalau ingin mencapai usia 70 tahun, maka ia harus melewati satu masa, kurang lebih enam bulan, dimana ia harus memilih tinggal di pegunungan yang sangat tinggi. Nanti di sana ia akan bertransformasi sehingga tumbuh paruh, kuku dan bulu yang baru. Setelah masa ini selesai, maka rajawali dapat terbang dengan kekuatan yang sungguh-sungguh baru. Orang yang menunggu janji Tuhan tidak akan pernah menjadi lesu dan lelah, ia akan memiliki semangat, kemampuan dan kekuatan yang selalu baru. Masa menanti itu sesungguhnya adalah masa aktif, masa berbuat, masa bertindak, masa banyak berdoa dan saling melayani.

Makna dan Implikasi Firman
     Ketekunan adalah respons iman sebagai wujud ketaatan kita pada Kristus. Ketekunan adalah wujud dari perubahan nilai dan sikap hidup yang membentuk pola prilaku baru. Ketekunan itu dilakukan bukan karena maunya, ada udang di balik batu. Tetapi ketekunan itu sudah menjadi bagian integral dari gaya hidup beriman. Ini bisa kita lihat bahwa setelah para murid menerima Roh Kudus, ketekunan itu tetap dilakukan, bahkan menjadi gaya hidup mereka.
     Di era demokrasi modern sekarang ini, Gereja membutuhkan ketekunan dan ketekunan membutuhkan komitmen. Ketekunan itu adalah modal dalam menegakkan keadilan dan kebenaran dalam masyarakat. Karena dengan bertekun dalam doa, pelayanan bersama dan membina hubungan akrab satu dengan nyang lain menjadi kekuatan yang besar dalam menghadapi pelbagai persoalan di tengah masyarakat. Contohnya: ada prinsip-prinsip demokrasi yang dilanggar, a.l. pengakuan terhadap HAM, lebih khusus lagi pada kebebasan beragama. Situasi ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan kondisi para murid sepeninggal Yesus. Iman mereka membuat mereka terus dalam tekanan dan incaran, baik dari orang Yahudi maupun tentara Romawi. Tetapi mereka tetap bertekun dalam doa, pelayanan bersama dan membina hubungan akrab satu dengan yang lain. Jadi, ketekunan itu adalah kekuatan internal yang menjadi benteng yang kokoh menghadapi tantangan/kekuatan eksternal. Tetapi ada gereja berpemahaman kalau kuat finansial, maka tantangan eksternal pasti dapat diatasi. Bukan bertekun dalam doa, tetapi bertekun dalam dana dan daya. Harus diingat bahwa ketekunana berawal dari komitmen. Komitmen dengan siapa? Tentu saja komitmen dengan Tuhan. Gereja yang tidak memiliki komitmen dengan Tuhan, tetapi lebih memilih uang atau sumber daya manusia, atau fasilitas, dll maka ini merupakan pengingkaran terhadap hakekat gereja. Secara perorangan dia hanya sekedar simpatisan gereja dan secara organisasional semata-mata hanya sebuah lembaga atau badan usaha atau badan sosial. Gereja adalah gereja kalau dia selalu bergantung pada pekerjaan kuasa Roh Kudus.
     Kembalinya para murid ke Yerusalem menandai satu babak baru, yaitu masa penantian akan datangnya Roh Kudus. Masa ini adalah masa rohani atau waktu-waktu khusus yang berfokus pada Tuhan, tetapi juga masa penajaman kepedulian dan hubungan antara pribadi. Bagi kita ibadah menjadi masa rohani, yaitu menjadi tempat kita mencari dan mendapatkan kekuatan dari Tuhan bukan sebaliknya tempat menunjukkan power kita. Kalau kita merasa kuasa atau kekuatan dalam hidup sehari-hari, maka sebelum masuk ruang ibadah tinggalkan itu semua di luar, jangan dibawa masuk.
     Sekarang ini kita tetap menantikan janji-janji Tuhan dalam kehidupan kita, baik pribadi, keluarga, jemaat, berbangsa dan bernegara. Bahkan dalam konteks yang lebih besar, yaitu masa penantian kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Sehingga dalam masa ini kita tetap harus memiliki semangat dan kekuatan yang tidak boleh habis atau pudar. Seperti sifat burung rajawali yang suka hidup berkelompok, maka kita akan tetap kuat, tidak letih, lesu kalau kita hidup dalam persekutuan bersama. Kalau rajawali tetap berjuang walau angin kencang, maka orang yang menantikan Tuhan pun akan tetap maju berjuang walau angin badai persoalan menerpa. Kalau rajawali mampu terbang tinggi untuk melihat sasaran yang lebih luas, maka orang yang menantikan Tuhan akan selalu memiliki cakrawala pandang dan daya pikir yang luas.

PERTANYAAN DISKUSI
Apa yang dilakukan para rasul ketika mereka kembali dari Bukit Zaitun?
Bagaimana gereja sekarang yang masih memiliki gaya hidup para rasul? Jelaskan!

NAS PEMBIMBING: Yesaya 30:18

POKOK-POKOK DOA
Bagi warga gereja agar tetapi memiliki ketekunan berdoa.
Bagi warga gereja agar tetap aktif dalam persekutuan gereja dan ibadah.
Anggota keluarga dan sesama anggota jemaat agar tetap saling mendoakan, menguatkan dan menasehati.
Bagi gereja agar semakin memantapkan kualitas dari pelayanan doa.


Renungan dan Aplikasi Kristen Gratis: Download Aplikasi Kristen Gratis

Renungan Kristen - Bersyukur untuk perjanjian kekal

Mazmur 105:1-11
Judul: Bersyukur untuk perjanjian kekal
Seberapa jauh kita mengingat sejarah kehidupan kita, dan mampu bersyukur untuk kasih setia
Tuhan? Di masa kecil, ada kasih sayang orang tua, ada kecukupan dalam hidup, dst. Pernah kita
mensyukurinya? Saat beranjak dewasa, kita bertemu secara pribadi dengan Tuhan Yesus.
Pengalaman itu menjadikan rasa syukur yang tiada terhingga. Bahkan memampukan kita, saat
menghadapi situasi tidak enak, masalah bertubi-tubi saat ini, tetap bersyukur kepada Tuhan.
Mazmur 105 adalah mazmur syukur karena kasih setia Allah dalam sejarah umat-Nya. Ayat 1-6
mengajak umat Israel bersyukur karena Allah telah berkarya bagi mereka dengan perbuatan-Nya
yang ajaib. Ayat-ayat selanjutnya adalah catatan sejarah Israel yang merupakan bukti kasih setia-Nya
kepada mereka.
Inti bagian pertama Mazmur ini (1-11) adalah kasih setia Allah yang dinyatakan lewat ikatan
perjanjian-Nya. Siapakah Israel yang boleh mengalami kebaikan Tuhan. Inilah perjanjian anugerah!
Isi perjanjian itu adalah mereka menjadi umat Tuhan dengan tanah Kanaan sebagai milik pusaka
mereka (11). Inilah Perjanjian kekal (8, 11) karena Allah tidak pernah ingkar janji! Di kemudian hari
bangsa Israel secara harafiah kehilangan tanah pusaka karena dosa-dosa mereka. Namun, Allah
tetap mengasihi dan memelihara mereka. Pemazmur meyakini kasih setia Tuhan tidak pernah
berubah.
Di dalam Kristus, Allah mengikatkan perjanjian-Nya dengan kita. Perjanjian itu bersifat anugerah.
Perjanjian itu bersifat kekal! Allah Tritunggal penjamin keselamatan kita (Yoh. 10:28-30; Ef. 1:13-14).
Di dunia ini, Tuhan bisa mendisiplin kita oleh karena ketidaksetiaan kita kepada-Nya, seperti Allah
mendisiplin Israel sehingga kehilangan tanah pusaka.Akan tetapi, kasih setia Allah tak pernah
berubah. Mari kita bersyukur untuk kasih setia-Nya dengan bertekad menjalani hidup berkenan
kepada-Nya.

Jumat, 10 Mei 2013

Karunia Roh untuk kepentingan bersama

1 Korintus 12:1-11
Judul: Karunia Roh untuk kepentingan bersama
Mengutamakan kepentingan bersama versus mengutamakan kepentingan diri sering bergulat dalam
diri kita. Kadang kita terpancing untuk bersaing kemampuan dan kekuasaan dengan orang lain. Ada
juga yang sampai menjatuhkan orang lain demi diri sendiri.
Pada dasarnya, Allah memberikan berbagai macam karunia untuk kepentingan bersama. Namun,
manusia membuatnya menjadi berhala bisu dengan memosisikan diri sendiri menjadi pusat
kemuliaan. Ketidakpercayaan kepada Allah menarik hati manusia pada kepentingan diri serta
menjauhkannya dari hakikat karunia Roh itu sendiri. Krisis kepentingan bersama juga menggerogoti
orang Kristen. Inilah yang hendak dibongkar Paulus dari komunitas Kristen.
Karunia Roh yang diberikan Allah kepada manusia berfungsi untuk kepentingan kesejahteraan
bersama. Ada rupa-rupa karunia, tetapi tidak berdiri sendiri-sendiri. Semuanya saling melengkapi
bagi kebaikan bersama. Bagaikan jaring laba-laba, saling terkait satu dengan yang lain dan tidak
terpisahkan, saling memberi keuntungan, dan saling melengkapi.
Setiap orang yang telah menyadari karunia tertentu yang diterimanya dari Allah hendaknya
mengembangkannya terus-menerus. Kita juga perlu menolong sesama yang belum menyadari
karunia yang dianugerahkan oleh Allah, supaya mereka pun dapat mempersembahkannya bagi
kepentingan bersama. Rupa-rupa karunia bukan untuk disombongkan atau merendahkan orang lain.
Sikap sombong dan merendahkan karunia lain yang dimiliki sesama, sama dengan merendahkan
Allah Sang Pemberi karunia itu.
Daftar karunia yang ditulis Paulus ini (7-11) memang belum lengkap. Bisa ditambahkan lagi dari ayat
28-30 dan Roma 12: 6-8. Semua karunia itu terurai lagi dalam berbagai macam karunia lainnya yang
tidak terkira macamnya. Yang penting, hendaknya kita memahami maksud pemberian karunia itu,
yaitu demi menyejahterakan kehidupan bersama di dunia ini sehingga Allah dipermuliakan.

Kamis, 09 Mei 2013

Perjamuan Tuhan bagi sesama

1 Korintus 11:17-34
Judul: Perjamuan Tuhan bagi sesama
Berbagi hidup merupakan salah satu bentuk solidaritas menghadapi berbagai macam tantangan.
Suatu komunitas masyarakat menjadi sejahtera karena dibangun dari kemauan berbagi hidup.
Mereka berbagi informasi, pengetahuan, keterampilan, keuntungan, bahkan berbagi kerugian.
Kemiskinan dan ancaman kebinasaan di dunia ini pun dijawab oleh Yesus Kristus dengan membagi
hidup-Nya bahkan menyerahkan tubuh-Nya. Yesus membagi kemuliaan-Nya supaya manusia
menjadi mulia. Namun, kita kadang melupakan perbuatan Yesus, sehingga kita menjadi egois dan
hanya memuaskan diri sendiri.
Sejak semula, perjamuan dalam jemaat Kristen ditandai dengan berbagi makanan dan minuman.
Namun di jemaat Korintus sudah bergeser. Kebiasaan perjamuan makan bersama sebelum
perjamuan kudus berubah menjadi menikmati makanannya sendiri (17-22). Yang miskin pun
semakin tersingkir. Padahal, perjamuan kudus merupakan jalan untuk mengingat dan memberitakan
solidaritas Kristus melalui kematian-Nya bagi keselamatan dunia (23-26). Yesus menjadi miskin
supaya kita menjadi kaya. Yesus mati supaya kita hidup. Pengakuan akan tubuh dan darah Kristus
ditandai dengan sikap menghormati perjamuan kudus. Makan pada Perjamuan kudus tanpa
mengakui tubuh dan darah Kristus sama dengan mengundang hukuman bagi diri sendiri (27-34).
Sesungguhnya, tidak ada perjamuan tanpa kebersamaan. Makan sendiri dalam sebuah acara
perjamuan bersama hanya mendatangkan keburukan bahkan perpecahan dalam komunitas. Orang
yang sedang lapar dan tidak punya makanan akan merasa minder dan tersisih apabila orang yang
berpunya tidak berbagi makanan. Tuhan Yesus Kristus membagi kasih dan kemuliaan-Nya kepada
dunia ini, dan Ia tidak pernah kekurangan kasih dan kemuliaan-Nya. Ketika kita berbagi dengan
sesama, hal itu tidak akan membuat kita berkekurangan. Sebab itu, buanglah keegoisan,
kepentingan diri, dan kepuasan diri dalam perjamuan kudus atau perjamuan kasih. Wujudkanlah
kasih Kristus!

Rabu, 08 Mei 2013

Renungan Kristen – Kenaikan Tuhan Yesus

Lukas 24:50-53
Judul: Kenaikan Tuhan Yesus
Peristiwa kenaikan Tuhan Yesus didahului dengan penampakan-Nya yang berulang-ulang kepada
para murid setelah kebangkitan-Nya. Dan ini terjadi selama empat puluh hari. Alkitab mencatat
bahwa Yesus terus menyatakan Injil Kerajaan Allah kepada murid-murid-Nya supaya mereka
mengingat semua pengajaran yang telah Ia berikan (Kis. 1: 3).
Mengapa Tuhan Yesus naik ke surga? Yohanes 16:28 menyatakan bahwa Yesus datang dari Bapa dan
kembali kepada Bapa. Jadi memang Yesus harus kembali kepada Bapa karena Ia sudah menggenapi
semua tugas yang diberikan oleh Bapa-Nya. Lalu bagaimana kelanjutan tugas tersebut di dunia ini?
Murid-murid Yesus harus melanjutkannya sampai Dia datang kembali. Maka Ia pun mempersiapkan
para murid-Nya untuk bersama Dia sampai pada peristiwa kenaikan-Nya.
Walau peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus adalah peristiwa perpisahan, tetapi ini bukanlah peristiwa
yang menyedihkan. Ekspresi para murid menyatakan sikap penyembahan kepada Allah, suatu sikap
tunduk dan memuliakan Tuhan Yesus. Bahkan mereka pulang dengan bersukacita (52). Mengapa?
Pertama, peristiwa ini menjadi dasar tentang bagaimana para murid akan menjalankan kehidupan
misi Tuhan Yesus selanjutnya. Mungkin saja mereka belum mengetahui dengan pasti bagaimana
keadaan mereka setelah ditinggal oleh Tuhan Yesus. Kedua, berkat Tuhan Yesus yang telah mereka
terima justru memberi keteguhan dalam hati bahwa Allah menyertai dan memelihara kehidupan
mereka, apa pun kondisi yang mereka alami.
Sesungguhnya kehidupan orang percaya bukan meratap sedih berkepanjangan karena berbagai
perpisahan yang pernah dialami, melainkan harus memiliki sikap hati yang penuh pengharapan
kepada Allah. Inilah dua kondisi yang harus ada pada kita. Allah sanggup menyertai kita dengan
berkat-Nya sekaligus Allah mengutus kita untuk menjalankan misi-Nya melalui kehidupan kita secara
pribadi, keluarga, dan juga gereja. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk menjadi saksi-saksi-Nya.

Selasa, 07 Mei 2013

Renungan Kristen - Perhatikanlah konteks!

1 Korintus 11:2-16
Judul: Perhatikanlah konteks!
Perempuan dengan rambut digerai dan acak-acakan serta laki-laki dengan kepala botak biasa
terdapat dalam ibadah ekstatik terhadap dewa-dewa Timur. Ini kontras dengan perempuan Yahudi
yang menutup kepala dengan tudung.
Kehidupan baru dalam Roh membawa kemerdekaan dan kesederajatan bagi laki-laki dan perempuan
untuk sama-sama berpartisipasi aktif dalam komunitas Kristen mula-mula. Namun, dalam rangka
pemberitaan Injil, Paulus menganjurkan perempuan supaya tidak sama dengan perempuan dalam
ibadah ekstatik yang memberi kesan kegilaan dan kemabukan. Tujuan Paulus ialah ketertiban dan
sifat misioner komunitas Kristen.
Paulus menyoroti soal rambut di kepala perempuan bukan karena persoalan gender atau karena
peraturan Kristen, tetapi untuk kepentingan pekabaran Injil oleh gereja mula-mula. Ibadah Kristen
harus berlangsung dengan tertib dan teratur supaya tidak menjadi sumber penolakan bagi orang
Yahudi terhadap Injil Kristus. Untuk mempertegas tentang rambut perempuan supaya sungguhsungguh
mendapat perhatian, Paulus memakai contoh hubungan Allah-Kristus, dan laki-lakiperempuan.
Allah dan Kristus berada dalam hubungan setara, demikian pula laki-laki dan
perempuan. Keduanya saling memberi kemuliaan oleh yang satu kepada yang lain (2-10, 13-16).
Laki-laki dan perempuan sama-sama diciptakan menurut gambar Allah dan keduanya berasal dari
Allah (11-12).
Nas ini bukan ditujukan hanya kepada para perempuan, tetapi kepada semua orang Kristen. Konteks
zaman itu berbeda dengan konteks sekarang. Waktu itu rambut perempuan dapat menjadi masalah
dan batu sandungan. Perhatikanlah konteks sekarang! Apa sajakah hal-hal di sekitar kita yang dapat
mengganggu ketertiban dalam ibadah serta dapat menjadi sumber penolakan orang kepada Kristus?
Kesaksian kita merupakan bagian penting dari ibadah. Kesaksian iman kita dapat menjadi sandungan
bila jatuh menjadi kesombongan iman. Maka berhati-hatilah, jangan sampai menghalangi orang
datang kepada Kristus!

Senin, 06 Mei 2013

Renungan Kristen – Jangan Mendua Hati

1 Korintus 10:14-11:1
Judul: Jangan mendua hati
Bagaimana perasaan kita ketika orang yang sangat kita cintai tiba-tiba berselingkuh? Pasti perasaan
sakit hati, cemburu, marah, kecewa, dsb., bercampur aduk dalam hidup kita. Lalu, bagaimana
perasaan Tuhan ketika kita menduakan diri-Nya? Dalam teks ini, Paulus menegaskan bahwa Tuhan
marah dan cemburu (22). Karena sejak awal Dia tidak ingin ada allah lain dalam hidup kita (bdk. Kel.
20:3).
Di satu sisi, jemaat Korintus percaya kepada Kristus. Di sisi lain lingkungan yang penuh penyembahan
berhala menyebabkan situasi yang sulit. Dengan tegas Paulus menasihati jemaat Korintus untuk
menjauhi penyembahan berhala (14). Jemaat Korintus sudah disatukan kepada Kristus melalui
perjamuan kudus sebagai lambang penebusan Kristus (16-17). Mereka tidak perlu lagi mengikuti
perjamuan para penyembah berhala. Mereka dapat belajar dari nenek moyang Israel yang mendua
hati dengan menyembah Allah sekaligus berhala, yang mengakibatkan Allah murka dan menghukum
mereka (18-22).
Jika demikian, apakah orang yang percaya kepada Kristus boleh menikmati makanan yang sudah
dipersembahkan kepada berhala? Jawaban Paulus bersifat dialektis. Jikalau makanan tersebut
benar-benar sebagai alat untuk penyembahan berhala, maka Paulus melarang keras untuk
menikmatinya karena sama saja dengan mengakui keberadaan roh jahat di balik berhala (19-20; 28-
29a)). Akan tetapi, jikalau makanan tersebut tidak berkaitan dengan penyembahan berhala maka
dapat dimakan untuk kebutuhan jasmani (25-27). Prinsip ini yang Paulus gunakan dalam menghadapi
'dilema' seperti itu: pertama, selalu menguji hati nurani agar tidak menjadi batu sandungan bagi
orang lain (29, 32); kedua, mengucap syukur kepada Tuhan (30); ketiga, semuanya dipergunakan
hanya untuk kemuliaan Tuhan (31). Paulus kemudian mengajak mereka melihat dirinya sebagai
teladan sebagaimana ia sendiri meneladani Kristus (10:33-11:1). Prinsip Paulus tetap sama dengan
pasal 8, yaitu ujung dari semua perbuatan kita haruslah demi kemuliaan Tuhan dan demi kebaikan
orang lain.

Minggu, 05 Mei 2013

Renungan GMIM 5 - 11 Mei 2013

TEMA MINGGUAN:
"Dipanggil untuk men ghadirkan Pendamaian"
TEMA BULANAN:
"Kuasa Kebangkitan Kristus Memberi Kemenangan"
BAHAN ALKITAB:
Zakaria 8:9-19; 2 Korintus 5:11-21

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Arus modernisasi telah membuat orang-orang mengalami pergeseran nilai, kalau bukan dikatakan kehilangan identitas, apalagi di era post-modernisme dengan segala roh-roh zaman sebagai ikutannya, yakni roh individualisme, roh materialism dan roh konsumerisme. Rasanya ayat-ayat Alkitab hamper-hampir tidak bisa menyentuh atau mengubah pola hidup dan pola pikir hedonistis (=kenikmatan) ang begitu merasuk dan mempengaruhi sikap hidup masyarakat yang sangat terkontaminasi dengan roh-roh zaman di atas. Budaya “mapalus” yang begitu luhur dan dibangga-banggakan secara kultural di dalam hidup berjemaat, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mulai tergusur dan tersingkir, diganti dengan mentalitas mencari kesenangan pribadi, keluarga, kelompok maupun golongan.

Karena itu, dengan dinafasi oleh tema tahunan "Kehidupan Kristiani Yang Demokratis", tema bulanan: "Kuasa Kebangkitan Yesus Memberi Kemenangan" dan tema mingguan: “Dipanggil Untuk menghadirkan Pendamaian”, diharapkan dapat memotivasi kita: baik sebagai pribadi, keluarga, jemaat dan masyarakat, untuk melihat betapa pentingnya keselamatan yang dikerjakan Allah di dalam Yesus Kristus untuk ditransformasikan ke dalam pekerjaan pelayanan yang berdaya guna dan berhasil guna.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
A. ZAKHARIA 8:9-19
     Tahun 539 SM, Koresh raja Persia mengizinkan orang-orang Israel di Babilonia pulang ke Yerusalem untuk merestorasi atau membangun kembali Bait Allah yang pernah dihancurkan oleh tentara Nebukadnezar pada tahun 587 SM. Sesampainya di Yerusalem, mereka segera meletakkan fondasi Bait Allah berfungsi sebagai pusat peribadatan dan pembinaan umat. Mereka agaknya kehilangan semangat untuk membangun karena segala sesuatu harus mulai dari awal lagi.
     Sejarah Israel mengenal tradisi yang mengatakan bahwa melalui Abraham, semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (Kej.12:3). Dalam Deutro Yesaya, orang-orang buangan dilihat sebagai keturunan Abraham (Yes.41:8). Nyanyian-nyanyian tentang Hamba Tuhan berisi semangat misi bangsa-bangsa.
     Trito Yesaya yang berasal dari zaman sesudah pembuangan masih menyuarakan pandangan yang sama. Karena itu, berkaitan dengan pandangan itu muncul konsep tentang Sisa, Hamba Tuhan dan kelompok-kelompok Yahudi Saleh (Hasidim, Farisi, Essenen dan Saduki). Baik nabi Yesaya, terutama Trito Yesaya (Yes.60:21b; 61:3,9); Yehezkiel (36:25,8); dan Zakharia (8:11, 14-17, 20-21), mulai mengembangkan konsep tentang "Sisa yang Setia" atau "Sisa Yang Kembali" (Ibr. Syear Yasyub) menyatakan bahwa akan ada "remnant" atau "sisa" yang diharapkan lebih berkualitas. Karena itu, diperlukan pertobatan umat Allah serta pembaharuan hidup yang bisa mempengaruhi bangsa-bangsa untuk datang dan mencari kemuliaan Tuhan di Yerusalem (Za.8:20-21). Kehadiran "Sisa Yang Setia" bukan karena kesetiaan umat itu sendiri, melainkan karena pengasihan Tuhan semata-mata. Motivasi nabi Hagai (520 SM) dan Zakharia (520-5-18 SM) telah menggugah bangsa Yehuda untuk bangun dari keterpurukannya, terutama untuk merestorasi atau membangun kembali Bait Allah yang hancur di zaman Nebukadnezar (587 SM). Bentuk-bentuk perendahan diri (=puasa) akan diganti dengan sukacita karena umat itu mau berubah dan mengingat kembali visi dan misi mereka.

B. 2 KORINTUS 5:11-21
     Rasul Paulus mengingatkan kepada jemaat di Korintus, bahwa setiap orang yang mengalami keselamatan di dalam Kristus harus selalu belajar "takut" akan Tuhan. Takut di sini tidak seperti takut hantu, tetapi mengandung arti: hormat, tunduk, taat dan setia kepada Tuhan sebagai Hakim. Karena itu, jemaat Korintus diharapkan bermegah bukan pada hal-hal lahiriah tetapi pada hal-hal batiniah, sebagaimana dikatakan dalam 1 Kor.1:31, "Barangsiapa yang bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan". Kalaupun Paulus begitu entusias dan bergairah dalam melayani, itu semua semata-mata karena Tuhan, tetapi dalam menghadapi jemaat ia menahan diri dan memberi kesempatan bagi jemaat untuk bermegah di dalam Tuhan. Justru karena kasih Kristus yang menguasai Paulus, sehingga ia rela menderita kerugian dalam segala sesuatu karena Kristus. Karena Kristus telah mati di kayu salib sebagai "penggantian" dan "pendamaian" untuk semua orang terutama bagi mereka yang bertobat dan percaya kepada-Nya, maka tiap orang wajib hidup untuk kepentingan banyak orang dan bukan hanya berpikir bagi kepentingan diri sendiri. Dengan kematian Kristus, keadilan Allah dinyatakan dan kita dibenarkan. Inilah dasar pengudusan kita (Rm.6:11). Sebelum Paulus diselamatkan dalam perjalanan ke Damsyik, Ia menilai Kristus menurut ukuran manusia, tetapi ketika ia bertobat ia tidak lagi menilai Kristus menurut ukuran demikian. Kita yang telah bertobat dan percaya kepada Kristus, kita diubah oleh Roh Kudus dan menjadi ciptaan baru. Dan semua perubahan sikap itu datang dari Allah, bukan karena kesanggupan kita untuk berubah. Jadi, setiap orang yang percaya kepada Kristus mendapat tugas mewartakan keselamatan di dalam Kristus tanpa harus mengurangi atau menambahkan hal-hal yang tidak perlu. Sebagai ciptaan baru kita harus belajar mendamaikan diri sendiri, dengan sesama kita, dengan lingkungan hidup, dan dengan Tuhan.

Makna dan Implikasi Firman
     Kadang-kadang kita tidak menyadari bahwa pekerjaan pelayanan Gereja hakikatnya adalah pekerjaan Allah sendiri di dalam Yesus Kristus. Tidak jarang kita terpaku pada: apakah kita sanggup melakukan tugas pelayanan atau tidak? Banyak pekerjaan pelayanan yang kita programkan dan lakukan terkesan "menyerah sebelum bertanding". Bahkan, seringkali orientasi berpikir kita selalu tertuju pada: siapa yang akan membantu kita? Cukupkah dana yang tersedia untuk pembangunan dan pelayanan? Adakah bantuan dari pihak pemerintah atau dari donatur tertentu? Padahal, sekali lagi pekerjaan pelayanan adalah pekerjaan Tuhan sendiri. Karna itu, kualitas pelayanan Gerja harus bertumpu pada basis keluarga-keluarga, dan tidak bergantung pada pihak luar, kendati pihak luar pun penting, Ingat, bahwa Tuhan harus selalu menjadi Kepala Gereja dan Dasar Pelayanan kita dari waktu ke waktu.
     Tidak jarang muncul istilah, "sei reen?" atau "sapa dulu?" atau "sapa kita?" dalam kerja pelayana kita. Kesombongan rohani seperti itu sering membuat kita lupa bahwa pekerjaan kita, baik di dalam gereja, di pemerintahan maupun di instansi lain, termasuk tengah masyarakat, hakikatnya adalah pengejawantahan atau perwujudan dari pekerjaan Allah yang harus kita kerjakan untuk menjawab keberadaan kita sebagai orang-orang yang telah bertobat dan percaya pada pengorbanan Kristus lewat kematian dan kebangkitan-Nya bagi kita.
     Karena itu Pembinaan Warga Gereja harus menjadi motor penggerak utama bagi seluruh warga gereja untuk mampu berpikir inklusif, rasional dan inovatif dalam menghadapi gejolak kemajaun dewasa ini yang sangat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi dan terjadinya pergeseran nilai yang luar biasa dan makin mengarah pada hal-hal destruktif/merusak tatanan masyarakat "gerejawi" kita.
    Meskipun kemajuan di banyak bidang kehidupan makin marak, tetapi kita harus mampu terus mengikat pinggang, menabung dan tidak membiarkan roh individualisme, materalisme dan konsumerisme mengobrak abrik kehidupan masyarakat kita di masa depan. Peribahasa: "Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tidak berguna", perlu menginsyafkan kita agar kita mampu mawas diri dengan pelbagai program gereja yang sering banyak berbicara tentang uang, atau kegiatan pesparawi yang hanya berhura-hura dan menghabiskan banyak biaya, dampaknya bagi ibadah-ibadah gereja dan pertumbuhan iman kurang sekali, padahal moralitas manusianya mulai terdegradasi.
     Kita terpanggil untuk membangun kehidupan keluarga yang kuat, baik dari segi jasmani maupun rohani, menghindarkan banyak kekerasan dalam rumah tangga akhir-akhir ini, serta jiwa hedonistik yang luar biasa, hal ini berdampak pada buruknya moral hidup orang percaya, terutama dengan tingginya HIV/AIDS dan masalah trafficking/perdagangan wanita dan anak dewasa ini.
     Gereja harus punya visi dan misi yang jelas, terukur dan bisa mempengaruhi kehidupan berjemaat, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
     Gereja sedang memasuki persiapan ke arah pemilihan Pelsus untuk periode 2013-2017 nanti, harus lebih memfokuskan perhatian pada tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kuat, handal/tangguh, berkualitas, rendah hati, dan berorientasi pada kepentingan umum. Gereja harus mengajar orang untuk tidak terlibat "money politics" dalam pemilihan Pelsus di depan. Gereja harus yang terdepan dan memberi keteladanan, baik dalam berpikir, berkata dan bertindak, tidak dipergunjingkan orang, tidak bermoral rendah, tidak makang puji, tetapi berjiwa "hamba" yang sungguh-sungguh mau mengabdi kepada Tuhan, Sumber Keselamatan itu sendiri.

PERTANYAAN DISKUSI
1. Apa yang saudara pahami dari dua bagian bacaan di atas?
2. Coba identifikasikan apa yang saudara dapatkan dari masing-masing perikop itu?
3. Bagaimanakah pandangan saudara terhadap gagasan dari dua perikop tersebut dihubungkan dengan realitas hidup di jemaat dan masyarakat saudara?

NAS PEMBIMBING: 1 Petrus 2:9,10

POKOK-POKOK DOA
- Memohon kekuatan Roh Kudus untuk memampukan kemandirian berjemaat.
- Pentingnya Pembinaan Warga Gereja secara terus menerus.
- Persiapan Pemilihan untuk periode 2014-2017
- Hidup jemaat yang perlu diperbaharui dari waktu ke waktu

TATA IBADAH YANG DIUSULKAN: Hari Minggu Bentuk I
Renungan dan Aplikasi Kristen Gratis: Download Aplikasi Kristen Gratis

Tetap teguh di tengah pencobaan

1 Korintus 10:1-13
Judul: Tetap teguh di tengah pencobaan
Apa hubungan pasal 10 ini dengan dua pasal terdahulu? Pasal 10 berfokus pada bahaya
penyembahan berhala yang kontras dengan iman Kristen (1-13, 14-22), lalu kembali ke masalah
makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala (23-33).
Demi mengejar kuasa, jabatan, dan harta, tidak jarang ada orang percaya yang rela menyangkal
Kristus. Begitu juga saat ada tekanan, kekhawatiran, kecemasan, kepahitan dan persoalan hidup, ada
saja orang Kristen yang mencari jalan keluar dengan mengandalkan kekuatan diri. Lalu bagaimana
sikap yang benar dalam menghadapi cobaan hidup?
Paulus mengingatkan orang percaya di Korintus untuk tetap teguh di tengah begitu banyak badai
pencobaan yang menghadang perjalanan hidup mereka. Orang percaya sedang terjepit karena
berada di tengah-tengah orang yang menyembah berhala. Mereka menjadi bimbang dan ragu untuk
mengikut Kristus. Paulus menguatkan mereka dengan mengingatkan kembali bagaimana Tuhan
dahulu memelihara dan menuntun perjalanan nenek moyang mereka keluar dari Mesir (1-4).
Namun, mereka tidak setia kepada Tuhan dengan menyembah berhala (7), berbuat cabul (8),
mencobai Tuhan (9) dan bersungut-sungut kepada-Nya (10). Akibatnya, Tuhan marah dan membuat
mereka menderita bahkan mati semua di padang gurun, kecuali Yosua dan Kaleb (5; bdk. Bil. 26:65).
Perilaku buruk nenek moyang Israel dan dampaknya menjadi pelajaran bagi orang percaya di
Korintus (6, 11).
Tidak seharusnya orang percaya gagal dalam pencobaan seperti yang dialami umat Israel. Pencobaan
mereka berkaitan dengan hal sehari-hari. Tuhan tidak akan memberikan pencobaan yang melampaui
kekuatan mereka dan selalu ada jalan keluar bagi setiap pencobaan (13).
Sebagai orang percaya, kita senantiasa menghadapi berbagai cobaan. Janganlah kita kalah terhadap
cobaan. Sebaliknya, mari kita melawan cobaan karena Yesus, sang "batu karang rohani", yang telah
mencurahkan darah-Nya bagi keselamatan kita, akan setia bersama kita selalu (4).

Sabtu, 04 Mei 2013

Merespons karya Allah dengan tepat

Mazmur 104:19-35
Judul: Merespons karya Allah dengan tepat
Ada tiga dimensi alam ciptaan, yang menggambarkan keagungan Allah, Sang Khalik.Pertama,
dimensi ruang yang menjadi wadah semua makhluk ciptaan hadir menjalani hidup.Kedua, dimensi
kehidupan itu sendiri. Hidup berasal dari Allah, Sumber Hidup. Ketiga, dimensi waktu. Hidup bukan
hanya suatu keadaan, tetapi suatu perjalanan. Bagi manusia, hidup memiliki tujuan karena waktu
yang dijalaninya tidak berhenti saat kematian, tetapi diteruskan dalam kekekalan.Manusia
diciptakan untuk mencapai tujuannya yaitu memuliakan Allah. Caranya, dengan mendayagunakan
kehidupan untuk mengelola dan mengembangkan hidup di ruang yang telah diberikan kepadanya.
Ayat 1-9 dan 10-18 memberi alasan memuji Tuhan karena karya penciptaan-Nya dalam dimensi
ruang. Bagian ketiga memaparkan dimensi waktu (19-23) dan dimensi kehidupan, secara khusus
pada puncak ciptaan-Nya, manusia (27-30).
Bagi sebagian makhluk ciptaan, dimensi waktu seperti sebuah siklus, lingkaran musim.Setiap makhuk
menjalani kehidupan bersandarkan hukum alam yang mengatur mereka.Namun, bagi manusia, siklus
musim tidak berarti kehidupan berjalan statis. Dengan dimensi kekekalan, manusia melihat waktu
secara linear, bertujuan. Siklus musim merupakan kesempatan untuk membangun dunia ini dengan
kehidupan yang memuliakan Tuhan.
Mazmur ini ditutup dengan peringatan kepada manusia yang merespons salah. Pertama, orang yang
tidak mensyukuri kebaikan Allah, yang telah memberi hidup dan memercayakan mereka
pengelolaan atas ciptaan-Nya, dengan cara merusak atau memanipulasinya bagi kepentingan
sendiri. Kedua, orang yang masa bodoh dan malas, sehingga menghabiskan hidup dan waktu seperti
makhluk ciptaan lain yang memang tidak memiliki dimensi kekekalan. Semoga kita bukan orangorang
yang demikian.

Kamis, 02 Mei 2013

Berhikmat menggunakan pengetahuan


1 Korintus 8:1-13
Judul: Berhikmat menggunakan pengetahuan
Tanpa kita sadari, makanan dapat menjadi masalah yang merenggangkan hubungan kita dengan
sesama. Dalam budaya tertentu, sikap tidak menghargai makanan yang disajikan dapat
menimbulkan pertengkaran. Di tempat lain, makanan tertentu yang dimakan orang lain dapat
menimbulkan prasangka negatif bahkan dikait-kaitkan dengan dosa. Sikap seperti itu terjadi karena
seseorang merasa memiliki pengetahuan untuk memutuskan, apakah makanan itu boleh dikonsumsi
atau tidak.
Paulus menghadapi persoalan yang sama. Ia harus menjawab pertanyaan tentang sikap orang
percaya terhadap daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala (1). Masalah ini terjadi karena
latar belakang sebagian jemaat Korintus yang dahulunya adalah penyembah berhala. Mereka yang
dahulu mempersembahkan kurban kepada berhala, meyakini bahwa makan daging persembahan
berhala berarti menyembah berhala. Namun, jemaat lain memiliki 'pengetahuan' bahwa berhala itu
mati. Jadi, tidak ada masalah memakan makanan tersebut.
Paulus memberikan nasihat. Pertama, pengetahuan manusia sangat terbatas. Pengetahuan itu harus
digunakan untuk mengasihi sesama dan Allah. Kalau pengetahuan menjadikan seseorang sombong,
hal itu akan menjadi batu sandungan bagi orang lain (1b-2, 13). Kedua, Allah adalah Allah yang esa.
Tidak ada allah lain yang hidup. Semua berhala adalah mati. Maka, makanan apa pun, termasuk yang
sudah dipersembahkan kepada berhala, dapat kita nikmati dengan bebas (4-8). Ketiga, berhikmat
menggunakan pengetahuan. Ketika kita sengaja menikmati makanan tersebut di depan orang-orang
yang lemah imannya, mereka bisa terjatuh dalam dosa. Paulus menyarankan daripada menjadi batu
sandungan lebih baik jangan memakannya (9-13).
Firman Tuhan menjadi sumber pengetahuan untuk menimbang benar dan salah. Gunakan
pengetahuan itu untuk membangun iman sesama. Itu bukti kita mengasihi mereka. Kesombongan
menjadikan kita batu sandungan bagi orang lain. Mintalah hikmat Tuhan agar dapat menggunakan
pengetahuan kita dengan benar.

Renungan dan Aplikasi Kristen Gratis: Download Aplikasi Kristen Gratis