TEMA MINGGUAN : Keluarga Sebagai Sarana Penginjilan
Bahan Alkitab : Yosua 24 : 14 – 15 ; 2 Timotius 1 : 3 – 10
ALASAN PEMILIHAN TEMA
Bulan juni memiliki arti sejarah bagi GMIM, khususnya tanggal 12 juni 2013, GMIM memperingati HUT ke-182 Pekabaran Injil dan Pendidikan Kristen di tanah Minahasa. Untuk itu , tepat ketika GMIM menetapkan tema bulanan : Gereja yang missioner dan transformasi sosial. Ini bermaksud memacu spiritualitas warga GMIM dalam meningkatkan kualitas iman yang berimplikasi pada transformasi sosial demi terwujudnya syalom bagi semua orang.
Dan tema mingguan yang dirumuskan dalam keluarga sebagai sarana penginjilan, dengna pdangan besar,
bahwa penginjilan perlu dimulai dari dalam keluarga, untuk membawah perubahan secara menyeluruh dalam kehidupan sosial masyarakat (trasformasi sosial).
Berkenaan dengan tema mengguan, kita diarahkan pada bacaan Alkitab, Yosua 24:14-15 dan 2 Timotius 1:3-10 yang dari dalamnya kita dapat memahami makna firman Tuhan, yang member dasar teologis dalam menempatkan keluarga sebagai sarana penginjilan.
PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Yosua dipilih Tuhan mengantikan Musa, untuk melanjutkan perjalanan memasuki tanah kanaan (Yosua 1:1-3). Yosua 24:14-15 mengemukakan prinsip dasar kehidupan yang harus dimiliki umat Allah, yaitu hidup takut akan Tuhan dan beribadah kepadaNya. Hidup beribadah adalah manifestasi dari takut akan Tuhan mestinya menjadi pilihan iman bagi umat Tuhan. Seperti disampaikan Yosua, “pililah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah” (ayat 15). Kata pililah adalah ajakan kepada Israel untuk menentukan sikap iman. Apa beribadah kepada YHWH atau kepada allah lain.
Orang Israel pada waktu itu cenderung dipengaruhi penyembahan berhala yang pernah dilakukan oleh nenek moyang mereka, sewaktu ada di seberang sungai Efrat dan ketika berada di Mesir. Juga mereka diperhadapkan pada pengaruh berhala orang Amori di negeri yang mereka diami itu.
Pililah, pada satu sisi memberikan kebebasan kepada Israel, tetapi pada sisi lain Yosua bersikap mempengaruhi mereka untuk memilih kebenaran yang sesungguhnya, yaitu beribadah kepada Tuhan Allah. Ini jelas terlihat dalam pernyataannya, yang mengatakan “jauhkanlah allah yang kepadanya nenek moyangmu telah beribadah”. Yosua sangat menyadari bahwa Tuhan menghendaki adanya kemurnian iman dan penyembahan yang bebas dari sinkretisme (percampuran).
Yosua juga memberikan teladan sebagai seorang pemimpin dalam hal beribadah, ia mengatakan , “Aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan !” (ayat 14). Pernyataan seisi rumahku, menunjukan rumah tangga atau keluarga. Yosua menempatkan rumah tempat di aman ia dan keluarganya tinggal, sebagai tempat yang memiliki fungsi religious, tempat dimana kehidupan beribadah dimulai dan dikembangkan. Yosua memproklamasikan rumah tangganya sebagai basis untuk menjalankan misi Allah. Yosua juga memperjelas keteladanan dan perananya sebagai seorang kepala keluarga dan sebagai pemimpin umat Allah. Ia memiliki komitmen iman yang kuat, serta mendorong terjadinya perubahan (trasformasi) sosial bagi Israel yang dipimpinya. Sikap iman Yosua dimaksudkannya untuk member pengaruh positif bagi kehidupan umat atau bangsa Israel, agar mereka emngambil sikap iman yang sama. Yosua menegaskan beribadah kepada Allah harus dengan tulus ikhlas (dengan hati yang bersih) dan setia (patuh/taat), karena Allah mengasihi umatNya dengan ketulusan dan kesetiaan.
2 Timotius adalah surat penggembalaan rasul Paulus yang kedua kepada Timotius. Saat paulus menyurat ia berada di tahanan Roma (bnd, 1:8, “karena aku,seorang hukuman karena Dia”). Bahkan nampaknya sedang diadili demi hidupnya, kemungkinan keputusan hukuman mati menimpanya (4:6-8). Namun demikian, terali jeruji tidak mampu membatasi semangat penginjilanya, ia katif menginjil dengan menulis sirat termasuk kepada Timotius yang sedang melayani di Efesus (lihat 1:18; 4:12). Surat itu dimaksudkan untuk menguatkan dan membangkitkan spiritualitas pelayanan Timotius, yang dalam pandangan Paulus, Timotius agak pemalu (bnd ayat 8).
Dalam fasal 1:3-10, Paulus mengemukakan kepada Timotius bahwa ia sangat bersyukur, karena dalam dirinya mewarisi spiritualitas pelayanan yang kuat, yang ia timbah dari keteladanan yang ditunjukan oleh nenek moyangnya. Bentuk nilai spiritualitas yang disaksikan Paulus sangat jelas yaitu melayani dengan hati nurani yang murni (ayat 3). Paulus juga menyatakan dukungan kepada Timotius dalam pelayanannya dengan doa atau dalam kata Paulus “permohonanku baik siang maupun malam”.
Paulus pun menggugah semangat TImotius dengan memuji dia, yang memiliki iman yang tulus ikhlas. Paulus mengingatkan Timotius bahwa, iman yang dimiliki olehnya tidak lepas dari peran neneknya Lois dan ibunya Eunike, yang mewariskan iman itu bagi Timotius dan paulus tegaskan bahwa, iman itu jugalah yang hidup dalam diri TImotius (ayat 5).
Selanjutnya dari apa yang dimiliki Timotius, Paulus menginginkanya tersu berkembang dalam pelayanan, yakni Timotius perlu meningkatkan spiritualitas pelayanan, seperti dalam ungkapan Paulus, “kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu” (ayat 6) dan “jadil janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita” (ayat 8). Singkatnya, dari apa yang Timotius peroleh di rumah, Paulus mendorongnya untuk semakin berani bersaksi ke luar tentang Yesus Tuhan, guna membawah transformasi sosial oleh Injil yang telah mematahkan kuasa maut dan mendatangnkan hidup yang tidak dapat binasa.
Makna dan Implikasi Firman
Sejak awal keluarga dipercayakan menjadi sarana Allah untuk mewariskan kasih karunia keselamatan Kristus bagi duani. Oleh sebab itu orang tua dalam keluarga memiliki peran strategis dalam mewariskan iman sebagai harga rohani bagi anak-anak, sehingga menempatkan gaya/pola kehidupan yang takut akan Tuhan.
Persoalan individualism, hedonism, materialism, freesex telah banyak merusak pribadi dan keluarga. Bahkan yang menyakitkan adalah perselingkuhan, perceraian, narkoba bagi anak-anak telah merusak individu-individu dalam keluarga. Membina keluarga yang takut akan Tuhan dan raji beribadah adalah panggilan iman, yang seharusnya menjadi pola dan gaya hidup orang Kristen (bdn 1 Timotius 4:7b, “latilah dirimu beribadah”; 4:8 dan Ibrani 10:25). Keluarga ditempa oleh nilai-nilai materialisme, hedonism, egoism yang cenderung merusak iman dan keutuhan keluarga.
Gereja kini perlu meningkatkan dan mengembangkan pelayanan berbasisi keluarga, seperti pelaksanaan ibadah keluarga, keutuhan keluarga supaya mereka maksimal dapat menginjil.
PERTANYAA DISKUSI
1 . Apakah konsep teologis dari Yosua 24:14-15 dan 2 Timotius 1:3-10 tentang keluarga?
2 . Siapakah yang menjadi motivator dalam keluarga untuk menjalankan peran penginjilan ? dan bagaimanak peran itu dijalankan?
NAS PEMBIMBING : 1 Timotius 4 : 7b-8
POKOK-POKOK DOA :
- Syukur kepada Tuhan atas pemeliharaan dan berkatNya bagi gerja dan keluarga-keluarga GMIM.
- Dukungan bagi semua keluarga-keluarga dalam melaksanakan peran penginjilan dalam keluarga.
- Peningkatan peran Gereja sedunia dalam percepatan transformasi sosial demi terwujudnya syaloom.