Sabtu, 20 April 2013

Renungan GMIM 21-27 April

TEMA BULANAN:
"Kuasa Kebangkitan Kristus memberi Kemenangan"

TEMA MINGGUAN:
"Kalahkan kejahatan dengan kebaikan"

Bahan Alkitab: Amsal 3:27-35; Roma 12:9-21

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Tema bulanan di April 2013 ini adalah"Kuasa kebangkitan Yesus memberi kemenangan". Dengan teman ini diharapkan gereja/orang-orang percaya dapat mengalahkan kuasa dosa/keinginan daging karena dengan kebangkitan Yesus, manusia didamaikan dengan Allah, sesama manusia dan alam. Tema ini juga diharpakan dapat menerangi orang-orang percaya untuk memahami seluruh kehendak firman-Nya dan merubah nilai dan sikap hidup. Adapun tema mingguan adalah "kalahkanlah kejahatan dengna kebaikan". Tema ini diangkat dari teks Amsa 3:27-35 dan Roma 12:9-21. Dari tema mingguan ini diharapkan orang percaya hidup dalam kebaikan sebagai jawaban atas kebangkita Kristus karena Allah membenci kejahatan tapi mencintai kebaikan. Orang percaya juga dinasihati untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan dan siap menghadapi persoalan apapun tanpa kekerasan.

PEMBAHSAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Di dalam Amsal pasal 3, HIKMAT menampilkan dirinya seperti seorang ayah, karena itu ia menyapa pendengarnya dengan akrab "anak-ku". Melalui sapaan akrab ini menganjurkan bahwa pengajaran yang bertujuan mengarahkan eksistensi hidup manusia harus dilakukan dengan akrab. Dalam bacaan ini, HIKMAT menganjurkan pendengarnya untuk berbuat baik. Anjuran-anjuran ini berisi larangan - tipikal ayah yang melarang anaknya untuk tidak ini/itu yang dimulai dengan kata larangan "janganlah". Ada lima anjuran dalam bacaan ini yang dimulai dengan kata larangan yaitu pada ayat 27, 28, 29, 30 dan 31. Kelima anjuran ini bertujuan mengatur "relasi" dengan sesama. Kelima anjuran - berturut-turut - dari pengamsal sifatnya bersyarat: (i) kebaikan jangan ditahan jika mampu dilakukan; (ii) jangan memberi janji jika engkau memiliki apa yang diminta; (iii) jangan merencananakan yang jahat sedangkan sesamamu tinggal bersama engkau tanpa curiga; (iv) jangan bertengkar dengan seseorang jika ia tidak berbuat jahat kepadamu; (v) jangan iri kepada orang lalim karena itu kekejian bagi TUHAN. Makna dari anjuran-anjuran ini adalah untuk menarik perhatian pendengar supaya tidak pernah menahan atau menunda untuk berbuat baik. Berbuat baik itu harus se-segera mungkin karena TUHAN Mahatahu.

Ayat 33-35 memberikan jaminan kepada pendengar-pendengar yang mau mengikuti anjurannya yaitu: TUHAN bergaul erat dengan orang yang jujur; memberkati tempat kediaman orang benar; dan mengasihani orang yang rendah hati. Keseluruhan anjuran itu bertujuan untuk sampai pada maksud ini, ditambah lagi denga keyakinan pengamsal kalau "orang yang bijak akan mewarisi kehormatan". Intonasi ini menunjukkan adanya harapan gemilang di hari depan bagi orang-orang -  bijak - yang mau mendengarkan dan mempraktekkan anjuran HIKMAT, karena dengan mengikuti anjurannya orang diantar pada sebuah relasi harmonis baik itu secara vertikal dengan TUHAN maupun secara horizontal dengan sesamanya.

Di dalam Roma 12:9-21, Paulus memberi nasihat kepada jemaat di Roma untuk hidup dalam kasih. Nasihat ini harus dikaitkan dengan tujuan nasihat rasul Paulus yang menitikberatkan pada kesatuan dan persatuan gereja sebagai "satu tubuh" di dalam Kristus. Sebagai satu tubuh, maka peran setiap anggota tubuh yang beragam harus dipandang dalam kesatuan sebagai tindakan melayani kepentingan "tubuh" sebagai satu kesatuan. Apabila jemaat di Roma menjadi kisruh karena berbagai pertentangan, sudah tentu akan melahirkan preseden bruk bagi gereja dan wibawa Paulus sebagai rasul. Karenanya kasih adalah perekat utama untuk mengantisipasi konflik yang bakal terjadi akibat perbedaan pandangan internal gereja. Dengan alasan inilah maka kasih menjadi penting sebagai landasan pola pikir dan pola laku anggota-anggota tubuh Kristus. Dengan mempraktekan kasih dalam maknanya yang paling hakiki (agape) maka tidak ada orang yang akan merasa dirinya lebih pandai dari yang lain, sebab eksistensi diri - tubuh, jiwa dan roh - dari setiap orang ditundukan pada ketulusan pada ketulusan untuk saling mengasihi dan saling mendahului dalam memberi hormat. Hal ini sudah tentu akan membangkitkan gairah untuk masuk dalam kehidupan yang berbasis pada ke-setia-an, ke-sepikir-an dalam hidup bersama. Apabila kasih menjadi fondasi maka kedamaian dipandang sebagai efek yang ditimbulkan dari perilaku hidup di dalam kasih itu. Pesan dalam ayat 17:21 adalah pola hidup yang ditawarkan oleh rasul Paulus kepada "anggota-anggota tubuh Kristus yang hidup di dalam kasih" ketika berhadapan dengan orang-orang yang menolak untuk hidup dalam kasih Kristus. Orang-orang yang masih hidup dalam kungkungan dosa memiliki kecenderungan untuk mengutamakan kepentingan diri sendiri dan menganggap dirinya jauh lebih pandai dari orang lain. Pola hidup yang demikian rawan terjerumus dalam kuasa iblis rentan dipakai untuk menyakiti sesama dan cenderung bertindak tidak dalam koridor menghargai sesama. Berhadapan dengan orang-orang demikian, pengikut Kristus diajak untuk mengalah dan mengupayakan perdamaian, karena dengan bersikap demikian maka pengikut Kristus memberi ruang bagi Allah untuk bertindak dalam keadilan-Nya. Pola hidup di dalam kasih pada puncaknya menjadi semakin ekstrim yaitu dengan "berbuat baik kepada musuh". Mengasihi adalah tanda bahwa pengikut Kristus berkehendak untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Pada tahap inilah maka kasih Kristus menjadi nyata dan sempurna karena Kristus telah meneladankan itu - melalui pengorbanan-Nya, supaya pengikutNya dikuatkan untuk sampai pada tahap ini.

Makna dan Implikasi Firman
Ajaran Kristen menuntut pengikutnya untuk hidup "menyerupai" Kristus atau meniru Kristus (Imitatio Christi). Proses untuk menyerupai Kristus bukanlah proses gampang karena sebagaimana Kristus telah memberikan diriNya untuk menebus umat manusia, maka sikap "memberikan diri" ini harus mewarnai perjalanan hidup setiap individu yang mengaku dirinya sebagai pengikut Kristus. Arena untuk mempraktekan "Imitatio Christi" ini adalah dunia. Dunia adalah tempat di mana setiap pengikut Kristus hidup, bekerja, berelasi, dan mempraktekan imannya kepada Kristus. Kristus dapat digambarkan sebagai "HIKMAT" yang memberi petunjuk tentang tata aturan hidup baik dan benar. Kebaikan-Nya dinyatakan melalui mujizat-mujizat yang dikerjakan-Nya, rela menebus dosa manusia dengan darah-Nya, serta melalui penyertaan-Nya atas kehidupan setiap orang beriman. Petunjuk hidup Kristus menjadi standar untuk menilai seberapa dekat kita mengimitasi pola hidup Kristus. Bacaan di atas menyentil tentang bagaimana "kebaikan" harus dilakukan se-segera mungkin tanpa penundaan. Kristus telah melakukan hal ini dengan sempurna. Hal ini dinyatakan dengan integritasNya kepada BAPA di Sorga untuk meminum cawan penderitaan danmenjadi tebusan bagi umat manusia tanpa menunda-nunda. Pada titik inilah maka maksud kedatangan Kristus ke dunia tercapai. Kebaikan Allah dinyatakan melalui pengorbanan Kristus. Kebaikan sudah tentu mengandalkan "pengorbanan"; ketika kita mau berbbuat baik maka kita sedang "mengorbankan" sesuatu demi kebaikan itu. Contohnya, ketika si A mau mendonorkan darah bagi PMI, maka ia secara sukarela memberikan sebagian dari dirinya untuk alansan tersebut. Kebaikan Kristus tidak mengandaikan adanya "syarat" karena hal itu berdasar pada "agape" - kasih yang tak menuntut balas. Dalam kerangka "Imatatio Christi", maka diharapkan pengikut-pengikut Kristus dapat mempraktekan laku hidup yang melakukan kebaikan tanpa syarat itu. Sikap rendah hati dan mau saling menghargai menjadi "wajib", karena hanya dengan cara itu - mencontoh sikap Kristus - maka eksistensi jemaat Tuhan dapat terpelihara. Kasih dan kebaikan niscaya merupakan semprotan air yang dapat memadamkan api yang disemburkan oleh si jahat iblis melalui antek-anteknya.

PERTANYAAN DISKUSI
1). Apakah arti "mengasihi" bagi saudara menurut bacaan Alkitab ini? Dan pernahkan saudara menganggap "mengasihi" itu hanya sebuah konsep tanpa makna? Mengapa?
2). Apakah arti "kejahatan" bagi saudara? Apakah ada "kejahatan" yang tidak termaafkan menurut saudara? Mengapa?

TEMA BULANAN:
"Kuasa Kebangkitan Kristus memberi Kemenangan"

TEMA MINGGUAN:
"Kalahkan kejahatan dengan kebaikan"

Bahan Alkitab: Amsal 3:27-35; Roma 12:9-21

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Tema bulanan di April 2013 ini adalah"Kuasa kebangkitan Yesus memberi kemenangan". Dengan teman ini diharapkan gereja/orang-orang percaya dapat mengalahkan kuasa dosa/keinginan daging karena dengan kebangkitan Yesus, manusia didamaikan dengan Allah, sesama manusia dan alam. Tema ini juga diharpakan dapat menerangi orang-orang percaya untuk memahami seluruh kehendak firman-Nya dan merubah nilai dan sikap hidup. Adapun tema mingguan adalah "kalahkanlah kejahatan dengna kebaikan". Tema ini diangkat dari teks Amsa 3:27-35 dan Roma 12:9-21. Dari tema mingguan ini diharapkan orang percaya hidup dalam kebaikan sebagai jawaban atas kebangkita Kristus karena Allah membenci kejahatan tapi mencintai kebaikan. Orang percaya juga dinasihati untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan dan siap menghadapi persoalan apapun tanpa kekerasan.

PEMBAHSAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Di dalam Amsal pasal 3, HIKMAT menampilkan dirinya seperti seorang ayah, karena itu ia menyapa pendengarnya dengan akrab "anak-ku". Melalui sapaan akrab ini menganjurkan bahwa pengajaran yang bertujuan mengarahkan eksistensi hidup manusia harus dilakukan dengan akrab. Dalam bacaan ini, HIKMAT menganjurkan pendengarnya untuk berbuat baik. Anjuran-anjuran ini berisi larangan - tipikal ayah yang melarang anaknya untuk tidak ini/itu yang dimulai dengan kata larangan "janganlah". Ada lima anjuran dalam bacaan ini yang dimulai dengan kata larangan yaitu pada ayat 27, 28, 29, 30 dan 31. Kelima anjuran ini bertujuan mengatur "relasi" dengan sesama. Kelima anjuran - berturut-turut - dari pengamsal sifatnya bersyarat: (i) kebaikan jangan ditahan jika mampu dilakukan; (ii) jangan memberi janji jika engkau memiliki apa yang diminta; (iii) jangan merencananakan yang jahat sedangkan sesamamu tinggal bersama engkau tanpa curiga; (iv) jangan bertengkar dengan seseorang jika ia tidak berbuat jahat kepadamu; (v) jangan iri kepada orang lalim karena itu kekejian bagi TUHAN. Makna dari anjuran-anjuran ini adalah untuk menarik perhatian pendengar supaya tidak pernah menahan atau menunda untuk berbuat baik. Berbuat baik itu harus se-segera mungkin karena TUHAN Mahatahu.

Ayat 33-35 memberikan jaminan kepada pendengar-pendengar yang mau mengikuti anjurannya yaitu: TUHAN bergaul erat dengan orang yang jujur; memberkati tempat kediaman orang benar; dan mengasihani orang yang rendah hati. Keseluruhan anjuran itu bertujuan untuk sampai pada maksud ini, ditambah lagi denga keyakinan pengamsal kalau "orang yang bijak akan mewarisi kehormatan". Intonasi ini menunjukkan adanya harapan gemilang di hari depan bagi orang-orang -  bijak - yang mau mendengarkan dan mempraktekkan anjuran HIKMAT, karena dengan mengikuti anjurannya orang diantar pada sebuah relasi harmonis baik itu secara vertikal dengan TUHAN maupun secara horizontal dengan sesamanya.

Di dalam Roma 12:9-21, Paulus memberi nasihat kepada jemaat di Roma untuk hidup dalam kasih. Nasihat ini harus dikaitkan dengan tujuan nasihat rasul Paulus yang menitikberatkan pada kesatuan dan persatuan gereja sebagai "satu tubuh" di dalam Kristus. Sebagai satu tubuh, maka peran setiap anggota tubuh yang beragam harus dipandang dalam kesatuan sebagai tindakan melayani kepentingan "tubuh" sebagai satu kesatuan. Apabila jemaat di Roma menjadi kisruh karena berbagai pertentangan, sudah tentu akan melahirkan preseden bruk bagi gereja dan wibawa Paulus sebagai rasul. Karenanya kasih adalah perekat utama untuk mengantisipasi konflik yang bakal terjadi akibat perbedaan pandangan internal gereja. Dengan alasan inilah maka kasih menjadi penting sebagai landasan pola pikir dan pola laku anggota-anggota tubuh Kristus. Dengan mempraktekan kasih dalam maknanya yang paling hakiki (agape) maka tidak ada orang yang akan merasa dirinya lebih pandai dari yang lain, sebab eksistensi diri - tubuh, jiwa dan roh - dari setiap orang ditundukan pada ketulusan pada ketulusan untuk saling mengasihi dan saling mendahului dalam memberi hormat. Hal ini sudah tentu akan membangkitkan gairah untuk masuk dalam kehidupan yang berbasis pada ke-setia-an, ke-sepikir-an dalam hidup bersama. Apabila kasih menjadi fondasi maka kedamaian dipandang sebagai efek yang ditimbulkan dari perilaku hidup di dalam kasih itu. Pesan dalam ayat 17:21 adalah pola hidup yang ditawarkan oleh rasul Paulus kepada "anggota-anggota tubuh Kristus yang hidup di dalam kasih" ketika berhadapan dengan orang-orang yang menolak untuk hidup dalam kasih Kristus. Orang-orang yang masih hidup dalam kungkungan dosa memiliki kecenderungan untuk mengutamakan kepentingan diri sendiri dan menganggap dirinya jauh lebih pandai dari orang lain. Pola hidup yang demikian rawan terjerumus dalam kuasa iblis rentan dipakai untuk menyakiti sesama dan cenderung bertindak tidak dalam koridor menghargai sesama. Berhadapan dengan orang-orang demikian, pengikut Kristus diajak untuk mengalah dan mengupayakan perdamaian, karena dengan bersikap demikian maka pengikut Kristus memberi ruang bagi Allah untuk bertindak dalam keadilan-Nya. Pola hidup di dalam kasih pada puncaknya menjadi semakin ekstrim yaitu dengan "berbuat baik kepada musuh". Mengasihi adalah tanda bahwa pengikut Kristus berkehendak untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Pada tahap inilah maka kasih Kristus menjadi nyata dan sempurna karena Kristus telah meneladankan itu - melalui pengorbanan-Nya, supaya pengikutNya dikuatkan untuk sampai pada tahap ini.

Makna dan Implikasi Firman
Ajaran Kristen menuntut pengikutnya untuk hidup "menyerupai" Kristus atau meniru Kristus (Imitatio Christi). Proses untuk menyerupai Kristus bukanlah proses gampang karena sebagaimana Kristus telah memberikan diriNya untuk menebus umat manusia, maka sikap "memberikan diri" ini harus mewarnai perjalanan hidup setiap individu yang mengaku dirinya sebagai pengikut Kristus. Arena untuk mempraktekan "Imitatio Christi" ini adalah dunia. Dunia adalah tempat di mana setiap pengikut Kristus hidup, bekerja, berelasi, dan mempraktekan imannya kepada Kristus. Kristus dapat digambarkan sebagai "HIKMAT" yang memberi petunjuk tentang tata aturan hidup baik dan benar. Kebaikan-Nya dinyatakan melalui mujizat-mujizat yang dikerjakan-Nya, rela menebus dosa manusia dengan darah-Nya, serta melalui penyertaan-Nya atas kehidupan setiap orang beriman. Petunjuk hidup Kristus menjadi standar untuk menilai seberapa dekat kita mengimitasi pola hidup Kristus. Bacaan di atas menyentil tentang bagaimana "kebaikan" harus dilakukan se-segera mungkin tanpa penundaan. Kristus telah melakukan hal ini dengan sempurna. Hal ini dinyatakan dengan integritasNya kepada BAPA di Sorga untuk meminum cawan penderitaan danmenjadi tebusan bagi umat manusia tanpa menunda-nunda. Pada titik inilah maka maksud kedatangan Kristus ke dunia tercapai. Kebaikan Allah dinyatakan melalui pengorbanan Kristus. Kebaikan sudah tentu mengandalkan "pengorbanan"; ketika kita mau berbbuat baik maka kita sedang "mengorbankan" sesuatu demi kebaikan itu. Contohnya, ketika si A mau mendonorkan darah bagi PMI, maka ia secara sukarela memberikan sebagian dari dirinya untuk alansan tersebut. Kebaikan Kristus tidak mengandaikan adanya "syarat" karena hal itu berdasar pada "agape" - kasih yang tak menuntut balas. Dalam kerangka "Imatatio Christi", maka diharapkan pengikut-pengikut Kristus dapat mempraktekan laku hidup yang melakukan kebaikan tanpa syarat itu. Sikap rendah hati dan mau saling menghargai menjadi "wajib", karena hanya dengan cara itu - mencontoh sikap Kristus - maka eksistensi jemaat Tuhan dapat terpelihara. Kasih dan kebaikan niscaya merupakan semprotan air yang dapat memadamkan api yang disemburkan oleh si jahat iblis melalui antek-anteknya.

PERTANYAAN DISKUSI
1). Apakah arti "mengasihi" bagi saudara menurut bacaan Alkitab ini? Dan pernahkan saudara menganggap "mengasihi" itu hanya sebuah konsep tanpa makna? Mengapa?
2). Apakah arti "kejahatan" bagi saudara? Apakah ada "kejahatan" yang tidak termaafkan menurut saudara? Mengapa?