Minggu, 28 April 2013

Renungan GMIM 28 April - 4 Mei 2013

TEMA BULANAN:
"Kuasa kebangkitan Kristus memberi kemenangan"

TEMA MINGGUAN:
"Mengalahkan diskriminasi dengan sikap mengasihi sesama"

Bahan Alkitab:
Yunus 4:1-11; Efesus 2:11-22

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kesediaan mengakui kepelbagaian dan perbedaan terasa sangat indah dan menyenangkan. Suasana ini semestinya menjadi bagian hidup manusia karena manusia ciptaan Tuhan yang diberi hak yang sama untuk tinggal di bumi dengan membawa damai sejahtera bagi banyak orang. Tetapi pada kenyataannya terjadi tindakan-tindakan diskriminasi yang dilakukan baik oleh perorangan ataupun kelompok yang menganggap lebih benar dengan mengatas-namakan agama, suku dan gereja. Itulah sebabnya tema: "Mengalahkan diskriminasi dengan sikap mengasihi sesama" diangkat menjadi perenungan di minggu ini. Dengan mengangkat tema ini jemaat diberi pemahaman dasar bahwa melakukan diskriminasi bukan sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan. Tuhan menginginkan supaya jemaat selalu hidup dalam damai sejahtera yang mendatangkan sukacita serta menerangi umat untuk memahami seluruh kehendak firmanNya. Kesediaan mengakui dan menerima kepelbagaian merupakan suatu hal yang penting karena kita semua satu keluarga besar di dalam Tuhan.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Nabi Yunus adalah anak Amitai yang bernubuat di zaman pemerintahan raja Yerobeam II tahun 783-743 SM di Israel Utara (II Raja-raja 14-25). Yunus diutus untuk memperingatkan Niniwe atas kejahatannya yang besar. Yunus awalnya menolak misi yang ditugaskan kepadanya karena ia menginginkan kota Niniwe tetap dihukum dan dijungkir-balikan oleh Tuhan tanpa ada pengampunan. 

     Yunus pasal 4:1-11 memberi gambaran tentang sifat Allah yang Mahapengasih, penyayang dan lebih suka mengampuni serta menyelamatkan suatu bangsa daripada menghukum atau menghancurkan biarpun bangsa itu musuh umat-Nya sendiri. Kemarahan Yunus kepada Allah karena meluputkan kota Niniwe merupakan sikap diskriminatif Yunus yang tidak ingin Niniwe diselamatkan. Sikap Yunus ini bertentangan (kontras) dengan sifat Allah, karena itu Allah menggunakan pohon jarak, seekor ulat dan angin timur untuk menginsafkan Yunus bahwa kasih dan rahmat Allah yang menyelamatkan jauh lebih penting bagi Israel dan penduduk kota Niniwe. Artinya keselamatan Tuhan bersifat universal. Amanat kitab Yunus ialah Allah berkuasa mutlak atas manusia ciptaan-Nya.

     Surat Efesus pasal 2:11-22 pada intinya menjelaskan bahwa umat manusia dipersatukan oleh darah Kristus baik yang bersunat (=dekat), yaitu orang Yahudi maupun yang tidak bersunat (=jauh), yaitu bukan Yahudi. Paulus menjelaskan bahwa dulu ada jurang pemisah antara umat pilihan Tuhan dan yang bukan pilihan Tuhan. Harus dipahami bahwa orang percaya kepada Yesus Kristus berawal dari orang Yahudi namun seiring dengan perjalanan waktu maka mereka percaya juga kepada Yesus. Yesus yang bangkit telah meruntuhkan tembok pemisah yang dikungkung oleh kegelapan dan perseteruan menjadi damai sejahtera yang menyenangkan. Paulus mengatakan: Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah yang dibangun atas dasar para rasul dan para nabi dengan Kristus sebagai batu penjuru (Ayat 19-20). Ini bentuk firman yang mempersatukan yaitu dengan menyebut keluarga Allah yang mengikat kita dalam keesaan gereja Kristen, maka Paulus mengirim surat ini dengan maksud supaya mereka bertobat dan percaya akan kasih karunia Allah di dalam Yesus telah datang untuk meniadakan diskriminasi dengan mengasihi semua orang. Dengan demikian hubungan kitab Yunus 4:1-10 dan Efesus 2:11-22 yaitu menggambarkan bagaimana rahmat Allah Bapa di dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus yang bersedia mengampuni, mengasihi dan membebaskan umat pilihan-Nya.

Makna dan Implikasi Firman
Tuhan Tidak menginginkan kehancuran Kota Niniwe seperti yang diinginkan oleh Nabi Yunus tetapi Tuhan yang lebih suka mengasihi dan mengampuni mereka yang ingin berbalik dari keberdosaan. Yunus hanya memikirkan kepentingannya sendiri padahal kasih dan rahmatNya tidak terbatas kepada siapa saja yang mau datang menyembah Dia. Tuhan yang adalah pengasih dan penyayang kepada semua orang yang takut akan Dia.

     Dalam kehidupan berjemaat dan bermasyarakat yang beraneka ragam, Allah tidak menghendaki adanya tindakan atau sikap diskriminasi. Namun dalam prakteknya masih sering terjadi diskriminatif di segala bidang baik agama, gereja, politik maupun ekonomi.

     Tuhan menghendaki semua orang untuk saling menghargai, menghormati dan mengasihi dalam terang Firman-Nya walaupun ada keanekaragaman dalam hidup manusia. Falsafah negara kita Bhineka Tunggal Ika juga menyentuh aspek-aspek seperti yang dimaksudkan di atas.

     Kristus yang telah mendamaikan manusia supaya setiap orang yang percaya kepada tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh.3:16). Dengan demikian kita boleh masuk kedalam kemuliaan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Orang yang belum memiliki hidup dalam kedekatan dengan Allah, ia pasti jauh dari kemurahan Allah sebab dosa masih dilakukannya. Tapi ketika ia hidup dalam pertobatan maka Tuhan Allah memelihara dan menolongnya.

     Menerima keragaman merupakan dasar yang baik untuk membentuk satu kesatuan jemaat, tentang dengan tidak membanding-bandingkan satu dengan yang lain karena kita satu keluarga yang besar di dalam Yesus Kristus. Gereja yang adalah juga tubuh Kristus mempunyai tugas untuk bersaksi, bersekutu dan melayani akan semakin bertumbuh dan berkembang jika seluruh umat Kristen tidak mempersoalkan perbedaan yang ada.

     Dari zaman ke zaman gereja diperhadapkan dengan adanya kecenderungan diskriminasi dalam realitas sosial budaya, warna kulit, jenis kelamin, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehana religius, politik yang tidak sehat, penyalahgunaan kekuasaan, ketimpangan sosial. Dalam kondisi seperti ini maka gereja yang sejati adalah gereja yang meletakan Kristus sebagai batu penjuru, penopang, pengasih dan penyayang, pengampun dan yang penuh belas kasihan yang dapat menghapuskan segala bentuk diskriminasi mulai dari keluarga, jemaat dan masyarakat sehingga nama Tuhan Yesus dimuliakan.

PERTANYAAN DISKUSI
1. Jelaskan bentuk-bentuk diskriminasi yang ada dalam perikop pembacaan kita?
2. Bagaimana bentuk-bentuk diskriminasi di lingkungan gereja, agama, politik dan ekonomi?