Minggu, 21 April 2013

Renungan Kristen : Hikmat Allah vs hikmat dunia

Baca:
1 Korintus 1:18-2:5
--------------------------
Motivator tampaknya menjadi figur yang cukup digemari masyarakat dalam beberapa tahun belakangan ini. Kata-kata para motivator seolah menjadi sabda yang wajib didengar, sehingga tak heran bila beberapa stasiun radio dan televisi kemudian memiliki program khusus bagi mereka. Mungkin perlu diselidiki, apakah orang Kristen lebih menggemari kata-kata motivator dibanding mendengar firman Tuhan.

Lalu bagaimana sikap orang dalam mendengarkan berita Injil? Paulus mengatakan bahwa pemberitaan Injil yang dia lakukan menghasilkan dua efek yang berlawanan. Pertama, Injil merupakan kekuatan Allah bagi orang yang diselamatkan; kedua, Injil dianggap sebagai kebodohan oleh orang-orang yang akan binasa (18). Sekarang coba pikirkan, kalau orang menganggap Injil sebagai kebodohan, bukankah itu berarti bahwa mereka menganggap diri mereka sendiri sebagai orang berhikmat? Namun menurut Paulus, yang mengutip Yesaya 29:14, hikmat manusia tidak ada artinya di hadapan Allah (19). Hikmat dan kebijaksanaan manusia tak akan memampukan orang untuk mengenal Kristus, juga tidak akan mampu membebaskan mereka dari dosa-dosa mereka. Hanya "kebodohan" untuk percaya pada Injil Kristuslah yang akan memampukan orang untuk memiliki pengenalan akan Kristus hingga dosa-dosanya diampuni. Dan jika ada orang-orang yang meminta tanda sebagai pembuktian kemahakuasaan Kristus, maka saliblah yang menjadi tandanya. Meskipun salib bisa saja dianggap sebagai tanda kutuk atau hukuman, yang memperlihatkan ketidakmampuan Kristus membebaskan diri dari salib.

Demikianlah pemaparan Paulus kepada jemaat Korintus mengenai superioritas Injil di atas segala hikmat. Lalu apa pendapat Anda sendiri mengenai Injil dan bagaimana sikap Anda? Kiranya kita menghargai Injil melebihi segala hikmat dan kata-kata bijak yang disampaikan oleh para motivator yang menjadi tenar sekarang ini. Janganlah kiranya kesukaan akan buku-buku motivasi dan inspirasi mengalahkan ketersediaan waktu kita untuk merenungkan firman Tuhan.