Minggu, 28 April 2013

Renungan GMIM 28 April - 4 Mei 2013

TEMA BULANAN:
"Kuasa kebangkitan Kristus memberi kemenangan"

TEMA MINGGUAN:
"Mengalahkan diskriminasi dengan sikap mengasihi sesama"

Bahan Alkitab:
Yunus 4:1-11; Efesus 2:11-22

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Kesediaan mengakui kepelbagaian dan perbedaan terasa sangat indah dan menyenangkan. Suasana ini semestinya menjadi bagian hidup manusia karena manusia ciptaan Tuhan yang diberi hak yang sama untuk tinggal di bumi dengan membawa damai sejahtera bagi banyak orang. Tetapi pada kenyataannya terjadi tindakan-tindakan diskriminasi yang dilakukan baik oleh perorangan ataupun kelompok yang menganggap lebih benar dengan mengatas-namakan agama, suku dan gereja. Itulah sebabnya tema: "Mengalahkan diskriminasi dengan sikap mengasihi sesama" diangkat menjadi perenungan di minggu ini. Dengan mengangkat tema ini jemaat diberi pemahaman dasar bahwa melakukan diskriminasi bukan sesuatu yang dikehendaki oleh Tuhan. Tuhan menginginkan supaya jemaat selalu hidup dalam damai sejahtera yang mendatangkan sukacita serta menerangi umat untuk memahami seluruh kehendak firmanNya. Kesediaan mengakui dan menerima kepelbagaian merupakan suatu hal yang penting karena kita semua satu keluarga besar di dalam Tuhan.

PEMBAHASAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Nabi Yunus adalah anak Amitai yang bernubuat di zaman pemerintahan raja Yerobeam II tahun 783-743 SM di Israel Utara (II Raja-raja 14-25). Yunus diutus untuk memperingatkan Niniwe atas kejahatannya yang besar. Yunus awalnya menolak misi yang ditugaskan kepadanya karena ia menginginkan kota Niniwe tetap dihukum dan dijungkir-balikan oleh Tuhan tanpa ada pengampunan. 

     Yunus pasal 4:1-11 memberi gambaran tentang sifat Allah yang Mahapengasih, penyayang dan lebih suka mengampuni serta menyelamatkan suatu bangsa daripada menghukum atau menghancurkan biarpun bangsa itu musuh umat-Nya sendiri. Kemarahan Yunus kepada Allah karena meluputkan kota Niniwe merupakan sikap diskriminatif Yunus yang tidak ingin Niniwe diselamatkan. Sikap Yunus ini bertentangan (kontras) dengan sifat Allah, karena itu Allah menggunakan pohon jarak, seekor ulat dan angin timur untuk menginsafkan Yunus bahwa kasih dan rahmat Allah yang menyelamatkan jauh lebih penting bagi Israel dan penduduk kota Niniwe. Artinya keselamatan Tuhan bersifat universal. Amanat kitab Yunus ialah Allah berkuasa mutlak atas manusia ciptaan-Nya.

     Surat Efesus pasal 2:11-22 pada intinya menjelaskan bahwa umat manusia dipersatukan oleh darah Kristus baik yang bersunat (=dekat), yaitu orang Yahudi maupun yang tidak bersunat (=jauh), yaitu bukan Yahudi. Paulus menjelaskan bahwa dulu ada jurang pemisah antara umat pilihan Tuhan dan yang bukan pilihan Tuhan. Harus dipahami bahwa orang percaya kepada Yesus Kristus berawal dari orang Yahudi namun seiring dengan perjalanan waktu maka mereka percaya juga kepada Yesus. Yesus yang bangkit telah meruntuhkan tembok pemisah yang dikungkung oleh kegelapan dan perseteruan menjadi damai sejahtera yang menyenangkan. Paulus mengatakan: Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah yang dibangun atas dasar para rasul dan para nabi dengan Kristus sebagai batu penjuru (Ayat 19-20). Ini bentuk firman yang mempersatukan yaitu dengan menyebut keluarga Allah yang mengikat kita dalam keesaan gereja Kristen, maka Paulus mengirim surat ini dengan maksud supaya mereka bertobat dan percaya akan kasih karunia Allah di dalam Yesus telah datang untuk meniadakan diskriminasi dengan mengasihi semua orang. Dengan demikian hubungan kitab Yunus 4:1-10 dan Efesus 2:11-22 yaitu menggambarkan bagaimana rahmat Allah Bapa di dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus yang bersedia mengampuni, mengasihi dan membebaskan umat pilihan-Nya.

Makna dan Implikasi Firman
Tuhan Tidak menginginkan kehancuran Kota Niniwe seperti yang diinginkan oleh Nabi Yunus tetapi Tuhan yang lebih suka mengasihi dan mengampuni mereka yang ingin berbalik dari keberdosaan. Yunus hanya memikirkan kepentingannya sendiri padahal kasih dan rahmatNya tidak terbatas kepada siapa saja yang mau datang menyembah Dia. Tuhan yang adalah pengasih dan penyayang kepada semua orang yang takut akan Dia.

     Dalam kehidupan berjemaat dan bermasyarakat yang beraneka ragam, Allah tidak menghendaki adanya tindakan atau sikap diskriminasi. Namun dalam prakteknya masih sering terjadi diskriminatif di segala bidang baik agama, gereja, politik maupun ekonomi.

     Tuhan menghendaki semua orang untuk saling menghargai, menghormati dan mengasihi dalam terang Firman-Nya walaupun ada keanekaragaman dalam hidup manusia. Falsafah negara kita Bhineka Tunggal Ika juga menyentuh aspek-aspek seperti yang dimaksudkan di atas.

     Kristus yang telah mendamaikan manusia supaya setiap orang yang percaya kepada tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh.3:16). Dengan demikian kita boleh masuk kedalam kemuliaan Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Orang yang belum memiliki hidup dalam kedekatan dengan Allah, ia pasti jauh dari kemurahan Allah sebab dosa masih dilakukannya. Tapi ketika ia hidup dalam pertobatan maka Tuhan Allah memelihara dan menolongnya.

     Menerima keragaman merupakan dasar yang baik untuk membentuk satu kesatuan jemaat, tentang dengan tidak membanding-bandingkan satu dengan yang lain karena kita satu keluarga yang besar di dalam Yesus Kristus. Gereja yang adalah juga tubuh Kristus mempunyai tugas untuk bersaksi, bersekutu dan melayani akan semakin bertumbuh dan berkembang jika seluruh umat Kristen tidak mempersoalkan perbedaan yang ada.

     Dari zaman ke zaman gereja diperhadapkan dengan adanya kecenderungan diskriminasi dalam realitas sosial budaya, warna kulit, jenis kelamin, kekerasan dalam rumah tangga, pelecehana religius, politik yang tidak sehat, penyalahgunaan kekuasaan, ketimpangan sosial. Dalam kondisi seperti ini maka gereja yang sejati adalah gereja yang meletakan Kristus sebagai batu penjuru, penopang, pengasih dan penyayang, pengampun dan yang penuh belas kasihan yang dapat menghapuskan segala bentuk diskriminasi mulai dari keluarga, jemaat dan masyarakat sehingga nama Tuhan Yesus dimuliakan.

PERTANYAAN DISKUSI
1. Jelaskan bentuk-bentuk diskriminasi yang ada dalam perikop pembacaan kita?
2. Bagaimana bentuk-bentuk diskriminasi di lingkungan gereja, agama, politik dan ekonomi?

Kamis, 25 April 2013

Jangan Membanggakan Diri


Bacaan:
1 Korintus 4:6-21

Di dalam surat ini, Paulus sering menggunakan kata yang bermakna arogan. Frekuensi penggunaan kata ini mengidentifikasi salah satu masalah utama yang ada di dalam jemaat Korintus.

Rasul Paulus mengingatkan jemaat Korintus bahwa mereka tidaklah superior bila dibandingkan dengan orang lain. Sikap superior itu dapat membuat mereka menghakimi orang lain, bahkan menghakimi hamba Tuhan. Meskipun mereka memiliki banyak hal, harus disadari bahwa semuanya itu adalah pemberian Allah. Sebab itu mereka seharusnya mengucap syukur dan bukan malah menyombongkan diri serta merendahkan Paulus yang mengalami kesukaran dan penderitaan dalam pelayanannya.

Paulus memberi contoh tentang dirinya dan para rasul yang lain tentang bagaimana mereka harus mengalami hinaan dan direndahkan oleh karena Kristus. Iman dan pelayanan mereka kepada Kristus tidak menghasilkan sesuatu yang membawa kebanggaan dan kesenangan bagi diri mereka sendiri. Yang diperoleh para rasul justru hal-hal yang menyengsarakan dan menyakitkan (11-13). Melalui pengalaman ini, Paulus bermaksud menegur mereka agar menyadari sikap mereka dan tahu bagaimana seharusnya mereka bersikap. Karena itu mereka harus mengikuti teladan Paulus sebab ia telah terlebih dahulu mempraktikkan apa yang dia ajarkan (16).

Teguran Paulus kepada jemaat Korintus jadi teguran juga bagi kita. Kita bisa saja membanggakan diri karena jadi anggota suatu gereja besar atau bila gereja kita dipimpin oleh pendeta besar yang terkenal. Kebanggaan itu membuat kita jadi merasa seolah-olah kita sama besarnya dengan pendeta tersebut. Atau kita telah memilih jalan yang benar dengan menjadi anggota gereja tersebut. Kebanggaan seperti ini dapat melahirkan perasaan superioritas yang tidak pada tempatnya serta dapat membuat kita merendahkan gereja-gereja yang beranggotakan orang-orang yang berstatus ekonomi rendah. Ingatlah bahwa esensi iman kita adalah memikul salib dan mengikut Kristus.

Rabu, 24 April 2013

MELAYANI DENGAN RENDAH HATI


Renungan Kristen April 2013Bacaan   : Lukas 14:7-14
Biasanya orang sangat senang menerima penghargaan karena itu menunjukkan kemampuan dan kelebihannya. Namun, penghargaan juga bisa membuat orang menjadi tinggi hati. Dalam bacaan kita, Yesus mengajarkan bagaimana menjadi tamu dan tuan rumah yang seharusnya.
Dalam perumpamaan pertama, Yesus memperingatkan bahwa penghargaan bukanlah suatu ambisi yang kita kejar, melainkan suatu anugerah. Jangan bersikap merasa layak untuk mendapatkan tempat terhormat, bisa jadi sikap itu malah berbalik mempermalukan diri sendiri, terlebih jika kita berhadapan dengan orang yang memang lebih pantas mendapatkannya. Kalau memang layak, kita pasti akan mendapatkan penghargaan. Rendah hati bukan sikap tidak menghargai diri sendiri, melainkan tahu bagaimana menempatkan diri. Jika menjadi tuan rumah suatu perjamuan, menurut Yesus, yang perlu kita undang bukanlah orang kaya dan terkenal, sahabat atau kerabat. Sebaliknya, kita mengundang orang yang tidak bisa membalas pemberian kita, mereka yang layak menerima belas kasih kita. Hendaknya kita menunjukkan sikap tidak membeda-bedakan kelas atau status sosial. Sikap rendah hati dan keramahtamahan semacam itu mendatangkan berkat Tuhan.
Jadi, daripada ingin dihormati orang banyak, lebih baik kita memikirkan siapakah yang seharusnya kita layani. Dalam Kerajaan Allah, ketika melayani orang lain yang paling ‘hina’, kita telah melayani Tuhan kita, Yesus Kristus. Melayani dengan rendah hati akan memancarkan kemuliaan Tuhan. --ENO

DARIPADA BERJUANG KERAS UNTUK MENDAPATKAN PENGHARGAAN,
LEBIH BAIK MEMUSATKAN PERHATIAN UNTUK MELAYANI ORANG LAIN.

Sikap terhadap hamba Tuhan


Renungan Kristen April 2013

Bacaan: 1 Korintus 4:1-5

Bagaimana hubungan jemaat, di tempat Anda menjadi anggota, dengan pendeta atau hamba Tuhan yang melayani di situ? Lalu bagaimana hubungan dengan hamba Tuhan lain, yang tidak khusus melayani di situ?

Jemaat Korintus sedang terpecah-belah. Mereka berkelompok-kelompok sesuai pemimpin rohani yang mereka agung-agungkan. Sebab itu, Paulus mengoreksi pemahaman mereka mengenai pemimpin rohani. Seorang pemimpin rohani adalah seorang hamba Kristus, yang dipercayakan rahasia Allah (1). Seorang hamba tentu harus menjaga kepercayaan penuh yang diberikan oleh tuannya. Bagi Paulus, ini berarti setia pada Injil yang telah dia terima dan beritakan. Maka bagi Paulus, pendapat orang Korintus tentang bagaimana ia menjaga kepercayaan dari Allah bukan merupakan suatu hal yang penting. Evaluasi pribadi tentang kinerjanya sendiri juga bukan merupakan hal yang utama (3). Apa yang penting bagi Paulus adalah penilaian Allah terhadap pelayanannya hingga suatu waktu kelak dia menerima pujian dari Allah (4-5).

Maka Paulus mengimbau orang Korintus untuk berhenti menghakimi hamba-hamba Tuhan karena sesungguhnya mereka menghakimi hanya berdasarkan apa yang mereka lihat. Sementara Tuhan mengetahui apa yang tersembunyi di dalam hati hamba-hamba-Nya. Lagi pula tidak sepatutnya mereka mengambil tempat Tuhan dalam menghakimi.

Ini menjadi pelajaran bagi kita dalam bersikap terhadap para hamba Tuhan. Ingatlah bahwa Tuan bagi para hamba Tuhan adalah Tuhan sendiri, bukan kita. Maka hanya Tuhan yang layak menerima pertanggungjawaban mereka. Karena itu jangan pernah memandang hamba Tuhan sebagai hamba kita, yang harus patuh pada kita dan memenuhi segala keinginan kita. Sebagai hamba Tuhan, mereka harus memprioritaskan dan melaksanakan apa yang Tuhan inginkan. Justru kita harus bersyukur atas hamba-hamba Tuhan yang setia mendorong umat untuk hidup melayani Tuhan agar kita menerima pujian juga pada hari kedatangan-Nya kelak.

Membangun jemaat


Renungan Kristen April 2013

1 Korintus 3:10-23
Dewasa ini ada banyak parameter yang dipakai orang untuk melihat keberhasilan dalam membangun jemaat. Megachurch-jemaat yang berjumlah ribuan serta musik dan audio visual dalam ibadah adalah gambaran tentang jemaat yang berhasil.

Melalui perikop ini, Paulus ingin menegaskan mengenai apa yang seharusnya menjadi dasar utama dan satu-satunya dalam membangun jemaat (10-11). Ia sekaligus ingin menegaskan pengkontrasan antar apa yang dibanggakan oleh orang-orang Korintus tentang hikmat. Di sinilah terlihat konsistensi Paulus yang sejak awal, yang selalu menekankan pada salib Kristus dan Injil sebagai pusat pemberitaannya. Selanjutnya Paulus memberi penjelasan bahwa di atas dasar yang kokoh itu pembangunan harus berlanjut terus menerus.

Dasar saja belumlah cukup. Lalu persoalannya, bahan apa yang akan digunakan di atas dasar itu (13). Kualitas dari bahan yang digunakan dalam membangun jemaat suatu saat akan teruji, yaitu pada hari Tuhan itu semua. Di sinilah kita belajar tentang pentingnya membangun jemaat dengan firman Tuhan yang kokoh. Firman itulah yang akan menolong orang dalam menghadapi gempuran filosofi dunia yang mungkin harus dihadapi tiap hari.

Sebagai pemimpin jemaat, sebagaimana konteks dimana Paulus berbicara (18-20), penting untuk memperhatikan "bahan" apa yang kita pakai untuk membangun jemaat. Hikmat dunia dan termasuk berbagai apa yang ada di dalamnya adalah kebodohan di hadapan Allah. Alkitab sudah banyak memberikan teladan dan peringatan bahwa jika kita ikut-ikutan dengan dunia maka kita akan mengalami perpecahan dan kehancuran.

Apa yang disampaikan Paulus biarlah mengingatkan kita bahwa zaman boleh saja berubah, tetapi metode dan cara dalam menyampaikan kebenaran bisa saja diakomodir. Hanya saja, perlu kita camkan baik-baik bahwa isi berita yang kita sampaikan jangan pernah bergeser. Kiranya hanya salib Kristus dan firman-Nya saja yang menjadi dasar dan bahan dalam membangun jemaat dan kehidupan kita secara pribadi.

Senin, 22 April 2013

Renungan Kristen : Manusia duniawi

Bacaan:
1 Korintus 3:1-9


Cara kita merespons sesuatu hal, sedikit banyak mengindikasikan siapa kita. Melalui sikap jemaat Korintus, Paulus dapat melihat siapa mereka sesungguhnya.

Dari cara jemaat Korintus bersikap, Paulus menegaskan bahwa mereka adalah manusia duniawi (3), karena mereka hidup dalam kedagingan. Ciri paling kuat yang ditunjukkan yaitu adanya iri hati dan perselisihan di antara mereka. Mereka hidup berdasarkan pengelompokan-pengelompokan. Relasi yang semacam itu di antara mereka mengekspresikan relasi mereka yang sesungguhnya dengan Tuhan. Relasi seperti ini tidak bisa dimanipulasi. Itulah sebabnya Paulus sangat marah kepada mereka karena mereka seperti kanak-kanak yang masih membutuhkan susu.

Selanjutnya Paulus menunjukkan kebodohan mereka yang amat mendasar. Paulus memberikan fakta yang sebenarnya bahwa baik Paulus maupun Apolos hanyalah alat yang dipakai oleh Tuhan untuk melayani Dia. Baik yang menanam maupun yang menyiram memiliki posisi yang sama di hadapan Allah. Pertumbuhan hanya berasal dari pihak Allah. Tanpa Allah, maka usaha menanam maupun menyiram tidak ada gunanya. Paulus dan Apolos hanyalah alat yang dipakai Allah secara bersama-sama untuk membawa jiwa kepada Dia. Jadi jika para "pemimpin" mereka hanyalah instrumen seharusnyalah mereka saling menghargai satu dengan yang lain serta saling bekerja sama. Tidak ada yang lebih baik atau lebih buruk. Semuanya dipakai Tuhan untuk membawa orang kepada Kristus.

Tanpa sadar sering kali apa yang dialami oleh jemaat Korintus kita alami juga. Kita terkotak-kotak karena iri hati melihat orang lain atau jemaat lain atau pemimpin di jemaat lain lebih berhasil atau dipakai Tuhan. Pemahaman bahwa kita hanyalah alat di tangan Tuhan seharusnya membawa kita mensyukuri setiap orang yang dipakai Tuhan. Kiranya bukan iri hati yang muncul melainkan keinginan untuk mendukung orang-orang itu dalam doa kita karena suatu kerinduan, yaitu agar Yesus Kristus, Tuhan kita, dimuliakan melalui mereka.

Minggu, 21 April 2013

Renungan Kristen : Hikmat Allah vs hikmat dunia

Baca:
1 Korintus 1:18-2:5
--------------------------
Motivator tampaknya menjadi figur yang cukup digemari masyarakat dalam beberapa tahun belakangan ini. Kata-kata para motivator seolah menjadi sabda yang wajib didengar, sehingga tak heran bila beberapa stasiun radio dan televisi kemudian memiliki program khusus bagi mereka. Mungkin perlu diselidiki, apakah orang Kristen lebih menggemari kata-kata motivator dibanding mendengar firman Tuhan.

Lalu bagaimana sikap orang dalam mendengarkan berita Injil? Paulus mengatakan bahwa pemberitaan Injil yang dia lakukan menghasilkan dua efek yang berlawanan. Pertama, Injil merupakan kekuatan Allah bagi orang yang diselamatkan; kedua, Injil dianggap sebagai kebodohan oleh orang-orang yang akan binasa (18). Sekarang coba pikirkan, kalau orang menganggap Injil sebagai kebodohan, bukankah itu berarti bahwa mereka menganggap diri mereka sendiri sebagai orang berhikmat? Namun menurut Paulus, yang mengutip Yesaya 29:14, hikmat manusia tidak ada artinya di hadapan Allah (19). Hikmat dan kebijaksanaan manusia tak akan memampukan orang untuk mengenal Kristus, juga tidak akan mampu membebaskan mereka dari dosa-dosa mereka. Hanya "kebodohan" untuk percaya pada Injil Kristuslah yang akan memampukan orang untuk memiliki pengenalan akan Kristus hingga dosa-dosanya diampuni. Dan jika ada orang-orang yang meminta tanda sebagai pembuktian kemahakuasaan Kristus, maka saliblah yang menjadi tandanya. Meskipun salib bisa saja dianggap sebagai tanda kutuk atau hukuman, yang memperlihatkan ketidakmampuan Kristus membebaskan diri dari salib.

Demikianlah pemaparan Paulus kepada jemaat Korintus mengenai superioritas Injil di atas segala hikmat. Lalu apa pendapat Anda sendiri mengenai Injil dan bagaimana sikap Anda? Kiranya kita menghargai Injil melebihi segala hikmat dan kata-kata bijak yang disampaikan oleh para motivator yang menjadi tenar sekarang ini. Janganlah kiranya kesukaan akan buku-buku motivasi dan inspirasi mengalahkan ketersediaan waktu kita untuk merenungkan firman Tuhan.

Sabtu, 20 April 2013

Renungan GMIM 21-27 April

TEMA BULANAN:
"Kuasa Kebangkitan Kristus memberi Kemenangan"

TEMA MINGGUAN:
"Kalahkan kejahatan dengan kebaikan"

Bahan Alkitab: Amsal 3:27-35; Roma 12:9-21

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Tema bulanan di April 2013 ini adalah"Kuasa kebangkitan Yesus memberi kemenangan". Dengan teman ini diharapkan gereja/orang-orang percaya dapat mengalahkan kuasa dosa/keinginan daging karena dengan kebangkitan Yesus, manusia didamaikan dengan Allah, sesama manusia dan alam. Tema ini juga diharpakan dapat menerangi orang-orang percaya untuk memahami seluruh kehendak firman-Nya dan merubah nilai dan sikap hidup. Adapun tema mingguan adalah "kalahkanlah kejahatan dengna kebaikan". Tema ini diangkat dari teks Amsa 3:27-35 dan Roma 12:9-21. Dari tema mingguan ini diharapkan orang percaya hidup dalam kebaikan sebagai jawaban atas kebangkita Kristus karena Allah membenci kejahatan tapi mencintai kebaikan. Orang percaya juga dinasihati untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan dan siap menghadapi persoalan apapun tanpa kekerasan.

PEMBAHSAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Di dalam Amsal pasal 3, HIKMAT menampilkan dirinya seperti seorang ayah, karena itu ia menyapa pendengarnya dengan akrab "anak-ku". Melalui sapaan akrab ini menganjurkan bahwa pengajaran yang bertujuan mengarahkan eksistensi hidup manusia harus dilakukan dengan akrab. Dalam bacaan ini, HIKMAT menganjurkan pendengarnya untuk berbuat baik. Anjuran-anjuran ini berisi larangan - tipikal ayah yang melarang anaknya untuk tidak ini/itu yang dimulai dengan kata larangan "janganlah". Ada lima anjuran dalam bacaan ini yang dimulai dengan kata larangan yaitu pada ayat 27, 28, 29, 30 dan 31. Kelima anjuran ini bertujuan mengatur "relasi" dengan sesama. Kelima anjuran - berturut-turut - dari pengamsal sifatnya bersyarat: (i) kebaikan jangan ditahan jika mampu dilakukan; (ii) jangan memberi janji jika engkau memiliki apa yang diminta; (iii) jangan merencananakan yang jahat sedangkan sesamamu tinggal bersama engkau tanpa curiga; (iv) jangan bertengkar dengan seseorang jika ia tidak berbuat jahat kepadamu; (v) jangan iri kepada orang lalim karena itu kekejian bagi TUHAN. Makna dari anjuran-anjuran ini adalah untuk menarik perhatian pendengar supaya tidak pernah menahan atau menunda untuk berbuat baik. Berbuat baik itu harus se-segera mungkin karena TUHAN Mahatahu.

Ayat 33-35 memberikan jaminan kepada pendengar-pendengar yang mau mengikuti anjurannya yaitu: TUHAN bergaul erat dengan orang yang jujur; memberkati tempat kediaman orang benar; dan mengasihani orang yang rendah hati. Keseluruhan anjuran itu bertujuan untuk sampai pada maksud ini, ditambah lagi denga keyakinan pengamsal kalau "orang yang bijak akan mewarisi kehormatan". Intonasi ini menunjukkan adanya harapan gemilang di hari depan bagi orang-orang -  bijak - yang mau mendengarkan dan mempraktekkan anjuran HIKMAT, karena dengan mengikuti anjurannya orang diantar pada sebuah relasi harmonis baik itu secara vertikal dengan TUHAN maupun secara horizontal dengan sesamanya.

Di dalam Roma 12:9-21, Paulus memberi nasihat kepada jemaat di Roma untuk hidup dalam kasih. Nasihat ini harus dikaitkan dengan tujuan nasihat rasul Paulus yang menitikberatkan pada kesatuan dan persatuan gereja sebagai "satu tubuh" di dalam Kristus. Sebagai satu tubuh, maka peran setiap anggota tubuh yang beragam harus dipandang dalam kesatuan sebagai tindakan melayani kepentingan "tubuh" sebagai satu kesatuan. Apabila jemaat di Roma menjadi kisruh karena berbagai pertentangan, sudah tentu akan melahirkan preseden bruk bagi gereja dan wibawa Paulus sebagai rasul. Karenanya kasih adalah perekat utama untuk mengantisipasi konflik yang bakal terjadi akibat perbedaan pandangan internal gereja. Dengan alasan inilah maka kasih menjadi penting sebagai landasan pola pikir dan pola laku anggota-anggota tubuh Kristus. Dengan mempraktekan kasih dalam maknanya yang paling hakiki (agape) maka tidak ada orang yang akan merasa dirinya lebih pandai dari yang lain, sebab eksistensi diri - tubuh, jiwa dan roh - dari setiap orang ditundukan pada ketulusan pada ketulusan untuk saling mengasihi dan saling mendahului dalam memberi hormat. Hal ini sudah tentu akan membangkitkan gairah untuk masuk dalam kehidupan yang berbasis pada ke-setia-an, ke-sepikir-an dalam hidup bersama. Apabila kasih menjadi fondasi maka kedamaian dipandang sebagai efek yang ditimbulkan dari perilaku hidup di dalam kasih itu. Pesan dalam ayat 17:21 adalah pola hidup yang ditawarkan oleh rasul Paulus kepada "anggota-anggota tubuh Kristus yang hidup di dalam kasih" ketika berhadapan dengan orang-orang yang menolak untuk hidup dalam kasih Kristus. Orang-orang yang masih hidup dalam kungkungan dosa memiliki kecenderungan untuk mengutamakan kepentingan diri sendiri dan menganggap dirinya jauh lebih pandai dari orang lain. Pola hidup yang demikian rawan terjerumus dalam kuasa iblis rentan dipakai untuk menyakiti sesama dan cenderung bertindak tidak dalam koridor menghargai sesama. Berhadapan dengan orang-orang demikian, pengikut Kristus diajak untuk mengalah dan mengupayakan perdamaian, karena dengan bersikap demikian maka pengikut Kristus memberi ruang bagi Allah untuk bertindak dalam keadilan-Nya. Pola hidup di dalam kasih pada puncaknya menjadi semakin ekstrim yaitu dengan "berbuat baik kepada musuh". Mengasihi adalah tanda bahwa pengikut Kristus berkehendak untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Pada tahap inilah maka kasih Kristus menjadi nyata dan sempurna karena Kristus telah meneladankan itu - melalui pengorbanan-Nya, supaya pengikutNya dikuatkan untuk sampai pada tahap ini.

Makna dan Implikasi Firman
Ajaran Kristen menuntut pengikutnya untuk hidup "menyerupai" Kristus atau meniru Kristus (Imitatio Christi). Proses untuk menyerupai Kristus bukanlah proses gampang karena sebagaimana Kristus telah memberikan diriNya untuk menebus umat manusia, maka sikap "memberikan diri" ini harus mewarnai perjalanan hidup setiap individu yang mengaku dirinya sebagai pengikut Kristus. Arena untuk mempraktekan "Imitatio Christi" ini adalah dunia. Dunia adalah tempat di mana setiap pengikut Kristus hidup, bekerja, berelasi, dan mempraktekan imannya kepada Kristus. Kristus dapat digambarkan sebagai "HIKMAT" yang memberi petunjuk tentang tata aturan hidup baik dan benar. Kebaikan-Nya dinyatakan melalui mujizat-mujizat yang dikerjakan-Nya, rela menebus dosa manusia dengan darah-Nya, serta melalui penyertaan-Nya atas kehidupan setiap orang beriman. Petunjuk hidup Kristus menjadi standar untuk menilai seberapa dekat kita mengimitasi pola hidup Kristus. Bacaan di atas menyentil tentang bagaimana "kebaikan" harus dilakukan se-segera mungkin tanpa penundaan. Kristus telah melakukan hal ini dengan sempurna. Hal ini dinyatakan dengan integritasNya kepada BAPA di Sorga untuk meminum cawan penderitaan danmenjadi tebusan bagi umat manusia tanpa menunda-nunda. Pada titik inilah maka maksud kedatangan Kristus ke dunia tercapai. Kebaikan Allah dinyatakan melalui pengorbanan Kristus. Kebaikan sudah tentu mengandalkan "pengorbanan"; ketika kita mau berbbuat baik maka kita sedang "mengorbankan" sesuatu demi kebaikan itu. Contohnya, ketika si A mau mendonorkan darah bagi PMI, maka ia secara sukarela memberikan sebagian dari dirinya untuk alansan tersebut. Kebaikan Kristus tidak mengandaikan adanya "syarat" karena hal itu berdasar pada "agape" - kasih yang tak menuntut balas. Dalam kerangka "Imatatio Christi", maka diharapkan pengikut-pengikut Kristus dapat mempraktekan laku hidup yang melakukan kebaikan tanpa syarat itu. Sikap rendah hati dan mau saling menghargai menjadi "wajib", karena hanya dengan cara itu - mencontoh sikap Kristus - maka eksistensi jemaat Tuhan dapat terpelihara. Kasih dan kebaikan niscaya merupakan semprotan air yang dapat memadamkan api yang disemburkan oleh si jahat iblis melalui antek-anteknya.

PERTANYAAN DISKUSI
1). Apakah arti "mengasihi" bagi saudara menurut bacaan Alkitab ini? Dan pernahkan saudara menganggap "mengasihi" itu hanya sebuah konsep tanpa makna? Mengapa?
2). Apakah arti "kejahatan" bagi saudara? Apakah ada "kejahatan" yang tidak termaafkan menurut saudara? Mengapa?

TEMA BULANAN:
"Kuasa Kebangkitan Kristus memberi Kemenangan"

TEMA MINGGUAN:
"Kalahkan kejahatan dengan kebaikan"

Bahan Alkitab: Amsal 3:27-35; Roma 12:9-21

ALASAN PEMILIHAN TEMA
Tema bulanan di April 2013 ini adalah"Kuasa kebangkitan Yesus memberi kemenangan". Dengan teman ini diharapkan gereja/orang-orang percaya dapat mengalahkan kuasa dosa/keinginan daging karena dengan kebangkitan Yesus, manusia didamaikan dengan Allah, sesama manusia dan alam. Tema ini juga diharpakan dapat menerangi orang-orang percaya untuk memahami seluruh kehendak firman-Nya dan merubah nilai dan sikap hidup. Adapun tema mingguan adalah "kalahkanlah kejahatan dengna kebaikan". Tema ini diangkat dari teks Amsa 3:27-35 dan Roma 12:9-21. Dari tema mingguan ini diharapkan orang percaya hidup dalam kebaikan sebagai jawaban atas kebangkita Kristus karena Allah membenci kejahatan tapi mencintai kebaikan. Orang percaya juga dinasihati untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan dan siap menghadapi persoalan apapun tanpa kekerasan.

PEMBAHSAN TEMATIS
Pembahasan Teks Alkitab (Exegese)
Di dalam Amsal pasal 3, HIKMAT menampilkan dirinya seperti seorang ayah, karena itu ia menyapa pendengarnya dengan akrab "anak-ku". Melalui sapaan akrab ini menganjurkan bahwa pengajaran yang bertujuan mengarahkan eksistensi hidup manusia harus dilakukan dengan akrab. Dalam bacaan ini, HIKMAT menganjurkan pendengarnya untuk berbuat baik. Anjuran-anjuran ini berisi larangan - tipikal ayah yang melarang anaknya untuk tidak ini/itu yang dimulai dengan kata larangan "janganlah". Ada lima anjuran dalam bacaan ini yang dimulai dengan kata larangan yaitu pada ayat 27, 28, 29, 30 dan 31. Kelima anjuran ini bertujuan mengatur "relasi" dengan sesama. Kelima anjuran - berturut-turut - dari pengamsal sifatnya bersyarat: (i) kebaikan jangan ditahan jika mampu dilakukan; (ii) jangan memberi janji jika engkau memiliki apa yang diminta; (iii) jangan merencananakan yang jahat sedangkan sesamamu tinggal bersama engkau tanpa curiga; (iv) jangan bertengkar dengan seseorang jika ia tidak berbuat jahat kepadamu; (v) jangan iri kepada orang lalim karena itu kekejian bagi TUHAN. Makna dari anjuran-anjuran ini adalah untuk menarik perhatian pendengar supaya tidak pernah menahan atau menunda untuk berbuat baik. Berbuat baik itu harus se-segera mungkin karena TUHAN Mahatahu.

Ayat 33-35 memberikan jaminan kepada pendengar-pendengar yang mau mengikuti anjurannya yaitu: TUHAN bergaul erat dengan orang yang jujur; memberkati tempat kediaman orang benar; dan mengasihani orang yang rendah hati. Keseluruhan anjuran itu bertujuan untuk sampai pada maksud ini, ditambah lagi denga keyakinan pengamsal kalau "orang yang bijak akan mewarisi kehormatan". Intonasi ini menunjukkan adanya harapan gemilang di hari depan bagi orang-orang -  bijak - yang mau mendengarkan dan mempraktekkan anjuran HIKMAT, karena dengan mengikuti anjurannya orang diantar pada sebuah relasi harmonis baik itu secara vertikal dengan TUHAN maupun secara horizontal dengan sesamanya.

Di dalam Roma 12:9-21, Paulus memberi nasihat kepada jemaat di Roma untuk hidup dalam kasih. Nasihat ini harus dikaitkan dengan tujuan nasihat rasul Paulus yang menitikberatkan pada kesatuan dan persatuan gereja sebagai "satu tubuh" di dalam Kristus. Sebagai satu tubuh, maka peran setiap anggota tubuh yang beragam harus dipandang dalam kesatuan sebagai tindakan melayani kepentingan "tubuh" sebagai satu kesatuan. Apabila jemaat di Roma menjadi kisruh karena berbagai pertentangan, sudah tentu akan melahirkan preseden bruk bagi gereja dan wibawa Paulus sebagai rasul. Karenanya kasih adalah perekat utama untuk mengantisipasi konflik yang bakal terjadi akibat perbedaan pandangan internal gereja. Dengan alasan inilah maka kasih menjadi penting sebagai landasan pola pikir dan pola laku anggota-anggota tubuh Kristus. Dengan mempraktekan kasih dalam maknanya yang paling hakiki (agape) maka tidak ada orang yang akan merasa dirinya lebih pandai dari yang lain, sebab eksistensi diri - tubuh, jiwa dan roh - dari setiap orang ditundukan pada ketulusan pada ketulusan untuk saling mengasihi dan saling mendahului dalam memberi hormat. Hal ini sudah tentu akan membangkitkan gairah untuk masuk dalam kehidupan yang berbasis pada ke-setia-an, ke-sepikir-an dalam hidup bersama. Apabila kasih menjadi fondasi maka kedamaian dipandang sebagai efek yang ditimbulkan dari perilaku hidup di dalam kasih itu. Pesan dalam ayat 17:21 adalah pola hidup yang ditawarkan oleh rasul Paulus kepada "anggota-anggota tubuh Kristus yang hidup di dalam kasih" ketika berhadapan dengan orang-orang yang menolak untuk hidup dalam kasih Kristus. Orang-orang yang masih hidup dalam kungkungan dosa memiliki kecenderungan untuk mengutamakan kepentingan diri sendiri dan menganggap dirinya jauh lebih pandai dari orang lain. Pola hidup yang demikian rawan terjerumus dalam kuasa iblis rentan dipakai untuk menyakiti sesama dan cenderung bertindak tidak dalam koridor menghargai sesama. Berhadapan dengan orang-orang demikian, pengikut Kristus diajak untuk mengalah dan mengupayakan perdamaian, karena dengan bersikap demikian maka pengikut Kristus memberi ruang bagi Allah untuk bertindak dalam keadilan-Nya. Pola hidup di dalam kasih pada puncaknya menjadi semakin ekstrim yaitu dengan "berbuat baik kepada musuh". Mengasihi adalah tanda bahwa pengikut Kristus berkehendak untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Pada tahap inilah maka kasih Kristus menjadi nyata dan sempurna karena Kristus telah meneladankan itu - melalui pengorbanan-Nya, supaya pengikutNya dikuatkan untuk sampai pada tahap ini.

Makna dan Implikasi Firman
Ajaran Kristen menuntut pengikutnya untuk hidup "menyerupai" Kristus atau meniru Kristus (Imitatio Christi). Proses untuk menyerupai Kristus bukanlah proses gampang karena sebagaimana Kristus telah memberikan diriNya untuk menebus umat manusia, maka sikap "memberikan diri" ini harus mewarnai perjalanan hidup setiap individu yang mengaku dirinya sebagai pengikut Kristus. Arena untuk mempraktekan "Imitatio Christi" ini adalah dunia. Dunia adalah tempat di mana setiap pengikut Kristus hidup, bekerja, berelasi, dan mempraktekan imannya kepada Kristus. Kristus dapat digambarkan sebagai "HIKMAT" yang memberi petunjuk tentang tata aturan hidup baik dan benar. Kebaikan-Nya dinyatakan melalui mujizat-mujizat yang dikerjakan-Nya, rela menebus dosa manusia dengan darah-Nya, serta melalui penyertaan-Nya atas kehidupan setiap orang beriman. Petunjuk hidup Kristus menjadi standar untuk menilai seberapa dekat kita mengimitasi pola hidup Kristus. Bacaan di atas menyentil tentang bagaimana "kebaikan" harus dilakukan se-segera mungkin tanpa penundaan. Kristus telah melakukan hal ini dengan sempurna. Hal ini dinyatakan dengan integritasNya kepada BAPA di Sorga untuk meminum cawan penderitaan danmenjadi tebusan bagi umat manusia tanpa menunda-nunda. Pada titik inilah maka maksud kedatangan Kristus ke dunia tercapai. Kebaikan Allah dinyatakan melalui pengorbanan Kristus. Kebaikan sudah tentu mengandalkan "pengorbanan"; ketika kita mau berbbuat baik maka kita sedang "mengorbankan" sesuatu demi kebaikan itu. Contohnya, ketika si A mau mendonorkan darah bagi PMI, maka ia secara sukarela memberikan sebagian dari dirinya untuk alansan tersebut. Kebaikan Kristus tidak mengandaikan adanya "syarat" karena hal itu berdasar pada "agape" - kasih yang tak menuntut balas. Dalam kerangka "Imatatio Christi", maka diharapkan pengikut-pengikut Kristus dapat mempraktekan laku hidup yang melakukan kebaikan tanpa syarat itu. Sikap rendah hati dan mau saling menghargai menjadi "wajib", karena hanya dengan cara itu - mencontoh sikap Kristus - maka eksistensi jemaat Tuhan dapat terpelihara. Kasih dan kebaikan niscaya merupakan semprotan air yang dapat memadamkan api yang disemburkan oleh si jahat iblis melalui antek-anteknya.

PERTANYAAN DISKUSI
1). Apakah arti "mengasihi" bagi saudara menurut bacaan Alkitab ini? Dan pernahkan saudara menganggap "mengasihi" itu hanya sebuah konsep tanpa makna? Mengapa?
2). Apakah arti "kejahatan" bagi saudara? Apakah ada "kejahatan" yang tidak termaafkan menurut saudara? Mengapa?

Jumat, 19 April 2013

Renungan Kristen: Pengkultusan = sumber perpecahan

Baca:
1 Korintus 1:10-17

Salah satu penyebab perpecahan dalam jemaat Korintus adalah klaim-klaim golongan. Klaim itu didasarkan pada penghormatan jemaat yang terlalu berlebihan terhadap pemimpin mereka. Akibatnya mereka jadi tidak menghargai pemimpin yang lain. Di sisi lain, pemujaan berlebihan terhadap pemimpin secara tidak langsung bisa saja merupakan manifestasi dari pemujaan diri, sebagai pengikut sang pemimpin.

Paulus menasihati mereka dalam suasana kekeluargaan. Ini terlihat dari sapaan "saudara-saudara" yang muncul sebanyak dua puluh satu kali. Paulus seolah ingin menegaskan bahwa di tengah ancaman perpecahan, persaudaraan di dalam Kristus tidak dapat dibatalkan. Oleh alasan itu pula, Paulus mengingatkan mereka untuk sehati sepikir di dalam Kristus. Terjemahan yang lebih tepat sebenarnya adalah "milikilah gaya hidup Kristus secara terus menerus". Hanya dengan gaya hidup Kristuslah maka di dalam perbedaan pun, persatuan dapat dimiliki oleh orang percaya. Cara Paulus menasihati jemaat Korintus pun sangat objektif. Ini terlihat dari penggunaan frasa "demi Kristus". Terlihat bahwa Paulus tidak memihak salah satu kelompok.

Nasihat kedua adalah supaya jangan ada perpecahan di antara mereka. Jelas perpecahan bukanlah ciri anak-anak Tuhan. Dan yang ketiga, Paulus menasihati mereka supaya erat bersatu dan sehati sepikir. Sehati sepikir merujuk pada kedewasaan berpikir.

Selanjutnya Paulus masuk ke dalam persoalan yang dihadapi jemaat Korintus dalam bagian ini (12-14), yaitu perselisihan mengenai para pemimpin. Ini dapat kita lihat dari perkataan "aku dari golongan...". Mereka melibatkan nama pemimpin mereka padahal sang pemimpin tidak terlibat dalam perselisihan itu. Cara berpikir seperti ini jelas tidak dewasa dan akan membawa perpecahan.

Maka janganlah berlebihan dalam mengapresiasi pemimpin jemaat. Pengkultusan pemimpin, walaupun pemimpin rohani/ jemaat, bisa saja mengarah pada persaingan yang tidak sehat dan dapat berujung pada perpecahan. Kiranya kita mewaspadai hal ini sehingga hanya memuliakan Kristus, Pemimpin jemaat yang sejati.

Renungan Kristen: Fokus pada Kristus

Baca:1 Korintus 1:1-9
___________________
Ketika terjadi masalah di sebuah jemaat, biasanya anggota jemaat maupun sesama Kristen akan lebih mudah mengeluh atau mengritik. Sedikit sekali orang yang mau ikut serta sumbang saran dan terlibat dalam upaya perbaikan.

Paulus menulis suratnya yang pertama kepada jemaat Korintus dalam rangka menanggapi permasalahan yang muncul di dalam jemaat itu. Di bagian awal suratnya, Paulus menyatakan bahwa para pembaca suratnya, yaitu jemaat Korintus, adalah orang-orang kudus (2). Karena itu Paulus mengucap syukur karena ia tahu bahwa Allah telah melimpahi mereka dengan berbagai anugerah (4-6), yang telah membuat mereka menjadi kaya dalam berbagai perkataan dan pengetahuan. Ini terlihat dari karunia-karunia rohani yang telah mereka terima di dalam Kristus, yang merupakan peneguhan kebenaran Injil. Memang pemberian karunia merupakan salah satu cara Allah menyatakan kebenaran Injil pada zaman gereja mula-mula. Karunia-karunia tersebut merupakan pendahuluan dari kegenapan yang akan mereka alami saat kedatangan Kristus yang kedua kali kelak.

Ya, meskipun ada masalah yang sedang dihadapi jemaat Korintus, Paulus menyatakan keyakinannya bahwa Allah akan meneguhkan mereka sehingga mereka tak bercacat pada hari Tuhan kelak (8).

Penekanan pada nama Tuhan Yesus Kristus, yang telah memanggil, menguduskan, serta menganugerahi jemaat Korintus dengan berbagai karunia memperlihatkan keyakinan Paulus untuk melihat permasalahan yang dihadapi jemaat Korintus dari sudut pandang Kristus. Sehingga titik awal Paulus dalam memandang masalah yang dihadapi jemaat Korintus tersebut adalah ucapan syukur kepada Allah.

Surat Paulus ini kiranya menolong kita ketika berhadapan dengan masalah-masalah di dalam jemaat. Ingat, jangan letakkan fokus perhatian kita pada masalah yang menghadang kehidupan dan kemajuan jemaat, melainkan pada Kristus, yang berkuasa memanggil dan menguduskan, serta menganugerahi jemaat dengan berbagai karunia bagi kemuliaan nama-Nya.

Kamis, 18 April 2013

Renungan Kristen: Misi seperti apa?

Bacaan: Roma 16:25-27
____________
Bagian ini merupakan penutup dari surat Paulus kepada jemaat di Roma, tetapi ada sesuatu yang berbeda di dalamnya. Pada bagian penutup suratnya, Paulus menuliskan doksologi (puji-pujian kepada Tuhan), bukan doa berkat seperti yang biasa ia tuliskan pada surat-surat kiriman yang lain (1Kor 13:13; Gal 6:18).

Doksologi yang terdapat pada ayat 25-27 terkesan merupakan pengulangan dari ayat 20. Tampaknya ayat 20 merupakan akhir dari surat kiriman ini, tetapi kemudian Paulus teringat untuk menyampaikan salam dari rekan-rekan sekerjanya untuk jemaat di Roma. Setelah rangkaian salam yang terakhir (21-23) barulah Paulus menuliskan doksologi.

Kalimat puji-pujian yang mengakhiri surat kiriman Paulus kepada jemaat di Roma mengungkapkan pemahaman Paulus akan penyertaan Allah dalam pekabaran Injil yang telah dilakukan di Roma. Paulus sadar bahwa apa yang terjadi di Roma bukan karena kehebatan dan kuasa pekabar Injil yang telah bekerja sedemikian keras, melainkan karena campur tangan Allah belaka. Semua itu karena anugerah Allah, dan yang pasti karena Allah mengasihi umatnya, secara khusus umat Allah yang berdiam di Roma.

Ada tiga hal yang Paulus sampaikan melalui doksologi ini.

Pertama, Injil yang berarti "kabar baik" merupakan penyingkapan dari suatu rahasia yang telah tersembunyi berabad-abad lamanya, yaitu rahasia tentang karya keselamatan Allah bagi umat manusia. Kedua, Paulus menyadari bahwa pekabaran Injil adalah perintah Allah sendiri. Maka seluruh pemberitaan Injil harus bermuara pada kemuliaan Tuhan, Allah yang memberi perintah. Dialah satu-satunya Allah dan tidak ada seorang pun yang pantas mencuri kemuliaan-Nya. Ketiga, jangkauan pemberitaan Injil haruslah meliputi "segala bangsa." Harus diakui bahwa belum semua gereja mempunyai visi ini. Karena itu kita perlu berdoa agar gereja-gereja memiliki beban ini dan giat bermisi "sampai ke ujung bumi", menjangkau jiwa-jiwa sampai ke pelosok-pelosok, kepada semua suku di segala tempat.

Selasa, 16 April 2013

3 Tipe Gereja di Akhir Zaman

Tanda-tanda akhir zaman mendahului kedatangan Tuhan Yesus. Dalam Matius 24ada berbagai tafsiran yang dikemukakan oleh hamba-hamba Tuhan dari berbagai organisasi gereja yang adakalanya memiliki kesamaan dalam pemahaman dan ada juga yang bertentangan satu dengan yang lain. Ada yang beranggapan bahwaMatius 24 itu sudah berlaku pada th. 70 Masehi. Ketika Titus kembali menyerang Yerusalem dan menghancurkan Kaabah Herodes dengan berpegang pada Mat. 24:2, sehingga mereka berpendapat bahwa Mat. 24 sudah berlaku pada gereja pertama. Kendatipun gereja pertama adalah permulaan dari

Minggu, 14 April 2013

Renungan Kristen: Bukan hanya di bibir

Bacaan: Roma 15:22-33
=========================================================
Paulus memberi informasi kepada jemaat di Roma bahwa ia dan rekan-rekannya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem (25). Mereka sedang melakukan misi khusus yaitu mengantarkan bantuan dari jemaat nonYahudi di Yunani kepada orang-orang percaya Yahudi yang menderita di Yerusalem (26).
Kata "bantuan" yang digunakan Paulus dalam suratnya ini menginformasikan bahwa persembahan yang dia antar mempunyai nilai yang cukup besar. 2 Korintus 8-9 mencatat secara lengkap rincian tentang persembahan ini. Melalui informasi ini, Paulus memotivasi jemaat Roma untuk turut serta meringankan kesulitan saudara-saudara seiman mereka di Yerusalem.
Melalui persembahan ini Paulus mengingatkan orang-orang percaya nonYahudi bahwa keselamatan yang mereka miliki datangnya dari bangsa Israel. Itu sebabnya mereka memiliki kewajiban moral untuk membantu orang-orang percaya Yahudi yang mengalami penganiayaan karena iman mereka di dalam Kristus. Orang yang kaya didorong untuk membantu orang yang berkekurangan, orang yang kuat haruslah membantu orang yang lemah.
Meskipun berbeda bangsa, orang-orang nonYahudi itu mau menyatakan kasihnya kepada saudara-saudara mereka yang Yahudi. Sebagai saudara seiman, mereka memiliki kerinduan untuk bersama-sama menanggung beban yang saat itu diderita saudara seiman mereka yang berbangsa Yahudi. Dukungan kasih yang dinyatakan melalui pengiriman bantuan ini memperlihatkan kesatuan dan ikatan di antara saudara seiman. Citra Kristus juga nyata di dalamnya.
Hari ini kita diingatkan bahwa di antara saudara seiman memang harus terdapat kasih. Namun, kasih itu jangan hanya di bibir saja melainkan harus juga dinyatakan melalui tindakan praktis dan nyata. Misalnya dengan menyatakan keprihatinan, mendampingi, menolong, atau memberikan dukungan. Dukungan sekecil apa pun mempunyai nilai yang besar bagi mereka yang dibantu. Kepedulian kita setidaknya menunjukkan bahwa kasih di antara saudara-saudara seiman ada dan sungguh nyata.

Selasa, 02 April 2013