Sabtu, 11 Mei 2013

Renungan Kristen - Bersyukur untuk perjanjian kekal

Mazmur 105:1-11
Judul: Bersyukur untuk perjanjian kekal
Seberapa jauh kita mengingat sejarah kehidupan kita, dan mampu bersyukur untuk kasih setia
Tuhan? Di masa kecil, ada kasih sayang orang tua, ada kecukupan dalam hidup, dst. Pernah kita
mensyukurinya? Saat beranjak dewasa, kita bertemu secara pribadi dengan Tuhan Yesus.
Pengalaman itu menjadikan rasa syukur yang tiada terhingga. Bahkan memampukan kita, saat
menghadapi situasi tidak enak, masalah bertubi-tubi saat ini, tetap bersyukur kepada Tuhan.
Mazmur 105 adalah mazmur syukur karena kasih setia Allah dalam sejarah umat-Nya. Ayat 1-6
mengajak umat Israel bersyukur karena Allah telah berkarya bagi mereka dengan perbuatan-Nya
yang ajaib. Ayat-ayat selanjutnya adalah catatan sejarah Israel yang merupakan bukti kasih setia-Nya
kepada mereka.
Inti bagian pertama Mazmur ini (1-11) adalah kasih setia Allah yang dinyatakan lewat ikatan
perjanjian-Nya. Siapakah Israel yang boleh mengalami kebaikan Tuhan. Inilah perjanjian anugerah!
Isi perjanjian itu adalah mereka menjadi umat Tuhan dengan tanah Kanaan sebagai milik pusaka
mereka (11). Inilah Perjanjian kekal (8, 11) karena Allah tidak pernah ingkar janji! Di kemudian hari
bangsa Israel secara harafiah kehilangan tanah pusaka karena dosa-dosa mereka. Namun, Allah
tetap mengasihi dan memelihara mereka. Pemazmur meyakini kasih setia Tuhan tidak pernah
berubah.
Di dalam Kristus, Allah mengikatkan perjanjian-Nya dengan kita. Perjanjian itu bersifat anugerah.
Perjanjian itu bersifat kekal! Allah Tritunggal penjamin keselamatan kita (Yoh. 10:28-30; Ef. 1:13-14).
Di dunia ini, Tuhan bisa mendisiplin kita oleh karena ketidaksetiaan kita kepada-Nya, seperti Allah
mendisiplin Israel sehingga kehilangan tanah pusaka.Akan tetapi, kasih setia Allah tak pernah
berubah. Mari kita bersyukur untuk kasih setia-Nya dengan bertekad menjalani hidup berkenan
kepada-Nya.